Chapter 4. Kejutan untuk Jino

58 30 64
                                    

Matahari telah menerikkan sinarnya hingga menembus lubang-lubang kecil di jendela, tetapi pemuda bernama Jino itu masih bersembunyi di balik selimut dan terlelap nyenyak menjelajahi alam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari telah menerikkan sinarnya hingga menembus lubang-lubang kecil di jendela, tetapi pemuda bernama Jino itu masih bersembunyi di balik selimut dan terlelap nyenyak menjelajahi alam mimpi.

Ini adalah hari pertama Jino menjalani skors dari sekolah, tetapi bukan berarti ia bebas bangun tidur di jam berapa saja. Karena Jihan sebagai seorang kakak yang baik, tidak akan membiarkan hal yang bisa membuat adiknya menjadi pemalas.

"Jino ... ayo bangun!"

Suara Jihan terdengar menggelegar dari ambang pintu kamar Jino, hingga membuat lelapnya si pemilik kamar itu terusik. Jino menggeliat lantas mengucek matanya, menatap samar sosok sang kakak yang berdiri sambil melipat kedua tangan di dada.

"Ada apa, Kak?" Pemuda itu menguap setelah berucap, menandakan bahwa ia masih dilanda rasa kantuk.

"Ada apa kamu bilang? Liat jam itu." Jihan menunjuk ke arah jam di dinding. "Ini udah jam tujuh, dan kamu masih molor di sini?"

"Ya terus kenapa? Kan hari ini aku nggak sekolah. Jadi biarin aku tidur, ya, Kak." Selesai berkata Jino meraih guling di dekatnya, lalu memeluknya erat dan kembali menutup mata.

"Nggak boleh. Nanti kamu jadi pemales. Ayo bangun." Jihan memukul pelan pantat Adiknya dan melepaskan guling yang Jino peluk secara paksa.

"Jino masih ngantuk, Kak ...," rengek Jino layaknya anak kecil, berharap Jihan akan mengizinkannya kembali tidur.

"Kamu bangun terus mandi, pasti habis itu nggak ngantuk lagi."

Jino menulikan pendengarannya dan kembali bersembunyi di dalam selimut. Hal itu membuat Jihan menghela napas, mencoba bersabar menghadapi Adiknya yang sedang dalam mode bandel.

Tetapi kemudian, secercah senyuman menghiasi wajah Jihan kala sebuah ide melintas di otaknya. Gadis itu yakin, cara ini pasti akan membuat Jino langsung terbangun. Dia pun membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Jino lalu menggelitiki Adiknya itu.

"Ayo bangun, nggak. Bangun ...."

Jino tergelak tak bisa menahan tawa kala gelitikan sang kakak menyerang dirinya. Relfek, pemuda itu langsung bangun dari pembaringan dan berupaya menghentikan aksi Kakaknya.

"Kak, Kak, Kak. Udah, Kak. Ampuuuun!"

Jino kembali tertawa setelah berkata. Namun, yang terjadi justru gelitikan Jihan kian merajalela. Sepertinya gadis itu sedang dalam mode ingin menjaili sang adik.

"Iyayayaya aku bangun, Kak. Bangun, nih," ucap Jino berupaya meyakinkan Jihan agar segera menghentikan aksinya.

"Bener, ya, bangun?" tanya Jihan memastikan, seketika ia menghentikan gerakan jemarinya menggelitiki Jino.

Adiknya mengangguk dengan napas yang sedikit terengah, lantas mengatupkan kedua tangannya bermaksud memohon agar Jihan tak lagi menggelitikinya.

"Jangan tidur lagi," peringat Jihan saat hendak keluar kamar.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang