Chapter 25. Hati Selembut Sutra

30 21 26
                                    

Semenjak Jihan tinggal di kediaman Azam Hermarendra, suasana di rumah itu terasa berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak Jihan tinggal di kediaman Azam Hermarendra, suasana di rumah itu terasa berubah. Rumah itu jadi terasa lebih ramai dan ceria, juga lebih nyaman dan sejuk. Namun, sayangnya kedatangan Jihan malah membuat Angga dan Anggun merasa muak.

Si kembar itulah satu-satunya orang yang tidak menyukai keberadaan Jihan di sana. Selain mereka, semua orang senang dengan kedatangan Jihan, termasuk Asti—pembantu rumah tangga, Pak Suki—tukang kebun, dan Pak Satpam.

Hari ini adalah hari Minggu, di mana Jino libur bersekolah sedangkan Angga dan Anggun juga tidak berkuliah. Semua orang berada di rumah kecuali Azam yang sedang mengurus pekerjaannya di luar negeri.

Sejak Adzan Shubuh berkumandang, Jihan sudah bangun dan beraktivitas seperti biasanya. Ia membantu Asti mengemas rumah, memasak, dan lain-lain. Tiara pun sampai dibuat kagum oleh gadis itu. Bahkan Tiara sempat teringat akan putrinya sendiri yaitu Anggun, yang tidak pernah melakukan pekerjaan seperti yang Jihan lakukan.

"Jihan udah sibuk di dapur, ya. Tante ditinggalin," tutur Tiara saat datang ke dapur dan mendapati Jihan tengah membantu Asti memasak untuk sarapan.

"Iya, Nya. Non Jihan ini rajin banget. Malahan saya nggak boleh masak, katanya biar dia aja yang masak," ungkap Asti.

"Mbak Asti terlalu memuji," ucap Jihan merasa malu atas pujian itu.

Namun, Tiara sependapat dengan Asti sehingga ia membenarkan tentang hal itu. Bahkan menurut pengamatan Tiara selama ini, selain rajin mengurusi pekerjaan rumah, Jihan juga selalu menemani Jino belajar dan mengajari hal-hal yang baik kepadanya. Intinya, Jihan adalah gadis yang sangat baik dan rajin. Tidak salah Tiara mengajak gadis itu tinggal di rumahnya dan menganggapnya seperti anak sendiri.

"Jihan, makanan kesukaan Jino apa, ya?" tanya Tiara setelah mengambil alih tugas Jihan memotong sayuran dan meminta gadis itu mengerjakan hal yang lain.

"Makanan kesukaan Jino, sih, banyak, Tan. Tapi yang paling dia suka itu bubur sumsum."

"Oh, ya? Yah, Tante nggak bisa bikin bubur sumsum. Padahal Tante mau buatin makanan kesukaan Jino," ungkap Tiara sedikit bersedih. Namun, kemudian ia tersenyum seraya menatap Jihan. "Kamu mau, nggak, ajarin Tante bikin bubur sumsum?"

Sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, Jihan sempat bingung harus berekspresi bagaimana. "Dengan senang hati, Tante." Gadis itu tersenyum setelah menjawab. Tiara pun senang dan mengucapkan terima kasih. "Oh, iya. Jino suka masakan udang saos tiram, Tan."

Tiba-tiba Tiara bertepuk tangan pelan mendengar nama masakan yang disebut Jihan. "Nah, kalau itu Tante bisa buatnya."

"Wah ... pasti masakan Tante enak banget. Dan Jino juga pasti seneng banget."

Obrolan Tiara dan Jihan terus berlanjut sembari menyelesaikan aktivitas memasak mereka. Bahkan interkasi Tiara dan Jihan tampak semakin akrab layaknya ibu dan anak. Sampai-sampai Anggun yang datang ke dapur untuk mengambil air dingin dari kulkas, merasa iri melihat interaksi mamanya dengan Jihan.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang