10

21 2 2
                                    

Erika baru saja melangkah masuk ke halaman rumah seketika berhenti ketika melihat Jena, pelayan pribadi Ibunya sudah menunggunya.

"Nyonya menunggu anda di ruangannya Nona" Ucap Jena tidak lupa memberi hormat padanya.

"Ibu? Sebaiknya bukan karena itu"


****


Baik Randi maupun Sena hanya duduk terdiam di tepi meja kayu yang pernah dibuatnya bersama dengan Ayah Sena.

"Aku takjub meja ini masih tampak seperti baru. Padahal ini sudah hampir 8 tahun" Ucap Randi yang hanya diangguki oleh Sena yang kemudian menunduk.

Randi melirik Sena yang tampak merasa bersalah. Emosinya yang tadi hampir meluap mendadak hilang saat matanya menatap wajah gadis itu.

"Bohong kalau aku tidak kecewa padamu hari ini. Bahkan aku sampai bertanya dalam hati aku salah apa sampai kau tega tidak memberitahuku.."

Sena tampak ingin membantah namun gadis itu mengurungkan niatnya yang justru membuat Randi tersenyum.

"Kau sudah makan?" Sena menggeleng. Randi pun bangkit membuat Sena mengangkat kepalanya.

"Ayo kita makan sup kerang pedas!"


****


Pintu kamar Erina tergeser dan Erika masuk lalu duduk di hadapan Erina.

"Ada apa Ibu memanggilku?" Erina menghela nafas.

"Apa kau melakukan kegiatan 'aneh'mu lagi?!" Erika menatap Erina tidak setuju.

"Namanya jalan-jalan Bu! Lagipula aku kan tidak pulang terlam.."

"SEHARUSNYA KAU TETAP TINGGAL DI RUMAH DAN BERTEMU DENGAN ANAK BANGSAWAN GUN! IBU SUDAH BERULANG.."

"Dan berulang kali Ibu sudah tau jawabanku kalau aku tidak.."

"ITU SATU-SATUNYA JALANMU AGAR NAMA SUN BISA BERSINAR.."

"TIDAK! AKU TIDAK MENCINTAINYA DAN AKU TIDAK MAU MENIKAHI PRIA YANG TIDAK AKU CINTAI SEKALIPUN DIA BANGSAWAN ATAUPUN RAJA!"

"JAGA UCAPAN...Besok malam kita akan pergi ke rumah Bangsawan Gun. Suka atau tidak suka. Jadi jangan sekali-kali kau berniat untuk mengacaukan acara SEPENTING itu besok! Kau mengerti!"

Erika tidak menjawab ucapan Erina dan keluar dari kamar Erina dengan marah.

"Sebaiknya kau juga tidak membantunya mengacau Lam!" Ancam Erina ketika melihat Lam, pelayan pribadi Erika yang langsung mengangguk kemudian segera mengikuti Erika di belakangnya.

"Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Ibu! Kau tau aku tidak mencintainya Lam! Untuk apa perjodohan ini diteruskan?! Toh aku dengar dia juga tidak tertarik pada wanita" Ucap Erika sesampainya di kamar.

"Mungkin dengan cara ini hati Nona dan Tuan Arfan bisa perlahan tumbuh dan nantinya akan saling mencintai satu sama lain! Coba Nona pikirkan melalui sudut pandang yang lain dari perjodohan ini" Balas Lam kemudian menyimpan jepit rambut Erika di laci meja.

"Tidak Lam..aku tidak bisa. Aku tau ini adalah rencana Ibu supaya kelak ada penerus yang bisa masuk ke Istana. Dan aku tidak mau mengorbankan sisa hidupku untuk pria kutu buku yang tidak kucintai!"

"Kalau begitu..apa ada pria yang Nona cintai?" Tanya Lam akhirnya memberanikan diri setelah sekian lama ragu.

Raut wajah Erika yang suram berubah cerah setelah mendengar pertanyaan Lam. Dengan ceria ia mengeluarkan sebuah kotak yang sudah ia hias dengan rajutan belalang diatasnya.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang