39

13 2 2
                                    

Erika hanya bisa terdiam tidak menyelesaikan kalimatnya setelah bertatapan dengan seorang pria.

Tubuhnya mendadak kaku seperti orang yang tertangkap basah. Kini kepalanya sibuk mencari ingatan akan pria itu.

'Matanya..seperti aku pernah melihatnya..' Batin Erika.

                            *****

Arkasena memandang pakaian yang dijahit oleh seorang gadis budak bernama Sena yang ditaruh Atthar di atas lacinya.

Kedua matanya mengedip beberapa kali seperti merespon kepalanya yang sedang memikirkan sesuatu.

Sorot matanya..

Wajahnya..

Ekspresinya..

Terasa begitu familiar baginya. Seakan hatinya berusaha mengatakan sesuatu padanya namun masih tidak jelas.

Sampai kepalanya memutar ingatan Arkasena yang mencium gadis itu tepat di depan pohon cherry blossom.

"AAAAAAAAA!!!"

Teriakannya yang tiba-tiba membuat Atthar, Emilia dan Emery langsung berlari ke ruangannya.

"Apa terjadi sesuatu Putera Mahkota?! Apa kepala Anda sakit lagi?!" Tanya Atthar hendak menghampirinya dan langsung membuatnya memberi isyarat untuk Atthar berhenti.

"Ahm.. Itu.. Kakiku hanya tersandung meja. Maafkan aku.."

Namun di akhir ucapannya, Arkasena memandang ke arah Atthar.

"Ah..! Sepertinya kondisi Putera Mahkota baik-baik saja. Biarkan aku yang mengurusnya" Atthar meyakinkan Emilia dan Emery Gun yang terlihat bingung namun tetap menuruti perkataannya.

Setelah memastikan mereka meninggalkan teras ruangan Arkasena, Atthar langsung kembali dan menutup pintu ruangan Arkasena.

"Kali ini apa yang Anda ingin.." Perlahan suaranya mengecil ketika mendapati Arkasena tengah menatapnya tajam.

"Apa kau ada disana saat 'itu' terjadi?"

" 'Itu'..apa?" Atthar menunjukkan ekspresi bingungnya dengan pertanyaan Arkasena.

Arkasena tidak menjawab pertanyaannya dan hanya terus menatapnya tajam sampai Atthar mengerti kemana arah pertanyaan ini ditujukan.

"Eh..itu..aku.."

"Jawab. Saja. Pertanyaanku!" Atthar menelan ludah sembari mengangguk kecil.

Dan anggukan kecil Atthar membuat Arkasena memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Ha..haruskah aku memanggil tabib.."

"Kau menyukai gadis bangsawan dan tidak mencegah 'itu' terjadi.. Jika ini di Istana, kau sudah.."

"Maafkan aku Putera Mahkota! Maafkan ketidak berdayaanku mencegah Anda! Ta..tapi pada saat itu ingatan Anda masih belum kembali dan Anda bersikeras untuk mengungkapkan perasaan Anda pada gadis itu"

"Aku? Bersikeras mengungkapkan perasaanku?! Harusnya kau tetap mencegahku melakukannya meskipun ingatanku belum kembali!"

Arkasena memejamkan kedua matanya saking marah dan kecewanya pada dirinya sendiri.

'Aku sudah melanggar janjiku padamu..'

Namun berbanding terbalik dengan perasaan kecewanya, ingatannya kini memunculkan wajah gadis itu lagi yang membuatnya menghela nafas.

"Kau sudah menemukan identitas gadis bangsawan itu?"

Atthar yang masih memohon ampun pada Arkasena terdiam. Sebenarnya ia masih ingin menyembunyikannya namun ia tidak punya pilihan lain.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang