26

4 1 3
                                    

"Ma..maafkan aku Nona Mira! Aku tadi tidak sengaja melakukan kesalahan saat berjalan ke Pasar. Seharusnya aku langsung pulang begitu sudah menghafal jalannya" Sena langsung melakukan 'peran'nya.

"Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hati Tuan mengantarkanku kesini dengan selamat. Aku akan segera mengerjakannya dengan cepat Tuan Arfan dan maafkan kelancanganku karena tidak melakukan tugasku Tuan.."

"Danurdara. Tidak apa-apa, aku bisa memahaminya. Kau begitu beruntung bisa bekerja di rumah Bangsawan Raksa. Bekerjalah dengan baik disini ya.."

"Tuan bisa memanggilku Sena" Ucap Sena seraya memberi hormat pada Danurdara.

"Ah..ehm.. terima kasih sudah mengantarkannya kesini, Tuan.."

"Kau bisa memanggilku Arfan. Hm..kalau begitu aku permisi dulu"

Baik Sena dan Mira sama-sama memberi hormat pada Arfan lalu kepada Danurdara.

Dengan cepat Mira langsung mengambil alih barang yang dibawa Sena dan berlari masuk ke dalam rumah.

"Syukurlah Nona sudah pulang! Aku tidak bisa berhenti memikirkan Nona sejak tadi!"

"Aku tidak apa-apa, sungguh. Seperti yang kubilang tadi, ada masalah kecil terjadi saat aku pergi ke Pasar"

"Seharusnya Nona menghalangiku pergi dengan Tuan Danurdara! Apa Nona terluka?! Apa ada pencuri merampas barang Nona?!" Mira lalu memeriksa badan Sena.

"Aku baik-baik saja Mira" Mira menghembuskan nafas lega.

"Ta..tapi kain sebanyak ini.."

"Tadi saat aku ke Pasar untuk melihat beberapa barang ada Pencuri yang tertangkap basah dan hendak dikejar. Pencuri itu menabrakku sehingga aku tidak sengaja merobek lengan pakaian salah satu pembeli ikan Ayahku saat di Guju.."

Ucapan Sena sedikit menggantung dibagian akhir karena ia teringat saat Arfan menarik tubuhnya.

"Aish! Awas ya! Akan kucari Pencuri itu biar kuberi pelajaran.."

"Kau tidak perlu mencarinya. Kupikir pasti dia sudah ditangkap oleh Petugas"

"Tapi..."

"Ada apa lagi?"

"Kenapa aku merasa wajah Tuan Arfan tampak tidak asing?" Sena tersenyum.

"Apa kau pernah bertemu dengan Tuan Arfan sebelumnya?" Mira menggeleng.

"Tidak pernah. Tapi..rasanya aku begitu familiar dengan wajah itu. Dimana aku pernah melihatnya ya?"

                                *****

Ran berusaha melindungi Ratu Karina sembari memperhatikan keadaan sekitar.

"Kita sudah sampai, Yang Mulia Ratu"

Ratu Karina mengintip bangunan itu lalu membuka penutup jubah yang menutupi kepalanya.

Ratu Karina masuk dan berdiri di depan sebuah mayat perempuan kecil yang ditutupi oleh kain putih.

Dengan gemetar Ratu Karina membuka kain itu dan menitikkan air mata saat melihat wajah mayat itu yang sudah hancur dan tidak bisa dikenali.

Kedua matanya menyusuri mayat itu dan menatap tangan kirinya. Air matanya lalu tumpah begitu pun dengan keseimbangannya yang hilang.

"Yang Mulia!" Bisik Ran lalu menopang tubuh Ratu Karina yang masih terisak.

"Anak perempuanku masih hidup Ran.. Mayat ini bukanlah Kamilaku.. Tidak ada tanda lahir di tangan kirinya.. Aku bisa memastikannya ini bukan Kamilaku.."

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang