17

16 2 3
                                    

Arfan terus merasa gusar di dalam kamar dan akhirnya keluar ke teras untuk menikmati udara luar. Buku pemberian Paman Cakra tidak membuatnya antusias sama seperti beberapa buku yang dibawanya.

"Aku tidak bisa berhenti memikirkannya.." Ucapnya pelan lalu menghembuskan nafas.

Ia mengingat momen terakhirnya dengan Sena sebelum pergi ke Dermaga. 


"Berjanjilah padaku kau tidak akan menangis lagi" Sena tercengang dengan ucapan Arfan.

"Kau dilarang menangis selama aku pergi. Kau mengerti?"

"Kenapa aku tidak boleh.." Arfan yang merasa kesal langsung memasukkan secuil roti kacang merah ke dalam mulut Sena.

"Aish! Pokoknya kalau aku bilang tidak ya tidak!"

Arfan menatap Sena yang sedang mengunyah rotinya dengan ekspresi menahan kesal namun bingung. Jari telunjuknya menghapus sisa isian kacang merah yang ada di tepi bibir gadis itu. Sebenarnya ia benci menyudahi ini, tapi waktunya untuk pergi sudah hampir tiba.

Berusaha tidak terlihat sedih, Arfan memberikan sebuah bungkusan kain berwarna hijau lembut pada Sena.

"Apa ini.."

"Kuharap kau menyukainya" Ucap Arfan lalu bangkit dari meja menatap Sena.

"Aku rasa sudah waktunya. Ehm..jangan lupa janjimu! Dan.." Arfan berusaha mengulur waktunya.

"..tunggu aku. Aku akan segera kembali"

"Kurasa aku harus pergi mencari udara segar atau aku akan jadi gila karena gadis itu!" Ucap Arfan kemudian bergegas pergi dan tidak sengaja menabrak seorang pria yang tampak terkejut saat melihatnya.

"Put..Putra Mahkota..?!"


****


"Put..Putra Mahkota..?!"

Seorang pria yang tengah dalam pengejaran karena ketahuan mengambil uang di laci dari rumah seorang lintah darat terhenti seketika saat matanya melihat seseorang yang tidak sengaja bertabrakan dengannya.

Seolah tidak mempercayai kedua matanya dan melupakan bahwa ia sedang dikejar oleh para penjaga suruhan lintah darat tersebut, kedua kakinya bergegas mengikuti pria yang menabraknya yang membawanya ke Pasar yang ramai.


"Aku sudah berjanji membelikannya untuk Kakakmu sebagai hadiah ulang tahun!"

"Ini satu-satunya cara untuk mengelabui Sokka dan para pemanah. Kalau nanti aku tidak datang disana, jangan mencariku. Kau melanjutkan hidupmu.."

Putra Mahkota Arkena memberikan sebuah bungkusan kain kecil berwarna pink muda padanya.

"Berikan ini untuk Kakakmu. Bilang padanya maaf kalau kau terlambat memberikannya"


Pria itu terus mencari namun nyatanya ia kehilangan pria itu karena suasana hiruk pikuk Pasar. Sadar bahwa para penjaga sudah menemukannya ia segera berlari melewati jalan kecil demi menghindari mereka menuju ke sebuah perkampungan kecil yang berada tidak jauh dari Hutan.


****


Sena mengambil bungkusan kain pemberian Arfan dan membuka bungkusan kertas lalu mengeluarkan penjepit rambut. Dengan ingatan yang sudah hampir kembali sepenuhnya, Sena melepas ikatan rambut dan juga mengganti pakaiannya dan memakai penjepit rambut itu disamping kanan rambutnya.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang