35

8 2 0
                                    

"Apa kau sudah mempertimbangkan untuk menggunakan 'nama resmi'mu untuk mendaftarkan sebagai calon Puteri Mahkota?"

"Nona, haruskah aku mendaftarkan diriku?"

Sena menghentikan jahitannya menatap Mira sedikit protes.

"Kau ini seorang gadis Bangsawan lajang yang cukup umur untuk mendaftarkan diri. Kecuali jika kau ingin mengabdikan diri sebagai seorang biksu"

Mira mengerang. "Kenapa menjadi seorang gadis Bangsawan harus menjalani kehidupan yang sangat rumit dan sulit?! Dan apa mereka akan bahagia hidup dengan pilihan hidup yang sudah dipilih?"

Sena menghembuskan nafas pelan.

"Yah..memang itu sudah menjadi takdir bahwa seorang gadis Bangsawan harus mengikuti pilihan hidup yang sudah ditentukan bahkan sejak hari pertama kita dilahirkan.."

Mira menoleh memandang Sena yang kini menatap langit.

"..terkadang diantara pilihan itu ada yang terasa sulit, tetapi ada juga yang terasa mudah dan justru membawa kebahagiaan"

"Jika seandainya..tidak ada kejadian ini..apakah Nona akan ikut mendaftarkan diri?" Pertanyaan Mira membuat Sena terdiam sejenak.

"Tentu saja. Ayah akan menulis namaku untuk dimasukkan sebagai calon Puteri Mahkota karena itu adalah kewajibanku"

"Dan seandainya Nona gagal dalam Pemilihan itu.."

Sena menghembuskan nafas panjang menatap bulan.

"Aku masih bisa melanjutkan hidupku tanpa ada penyesalan dan berharap Putera Mahkota Arkasena bisa menjalani hidup yang bahagia dengan Puteri Mahkota terpilih"

                         *****

"Jujur aku merindukan kehidupan lamaku di Guju" Ujar Erika sembari memangku wajahnya dengan tangan kanannya.

"Kenapa Nona bicara begitu? Bukankah selama di Guju Nona tidak terlalu diperhatikan oleh Selir Erina yang selalu memaksa Nona untuk bertunangan dengan Tuan Arfan?"

"Yah..memang begitu. Tapi entah kenapa rasanya aku lebih tenang saat berada di Rumahku sendiri. Bu..bukan berarti aku tidak nyaman di Rumah baruku, tapi hanya saja.."

Lam hanya bisa menatap Erika dengan sedih tanpa bisa berbuat apapun yang bisa menghibur Nonanya selain memberikan sendok dan sumpit padanya.

"Tidak baik membiarkan makanan yang sudah ada di meja, Nona"

"Kau memang selalu bisa diandalkan Lam" Lam tersenyum senang karena Erika mulai mengubah ekspresi sedihnya dan mulai memakan supnya.

"Maaf jika aku terlalu lancang bertanya, tapi apakah Putera Mahkota sudah 'menentukan' siapa calon Puteri Mahkota?"

Terdengar suara seorang pria yang bertanya dengan nada pelan namun bisa terdengar jelas di telinga Lam, Erika dan seseorang yang langsung tersedak di meja seberang mereka.

                          *****

"Pangeran! Jaga bicaramu! Lihat apa yang sudah Pangeran lakukan pada Putera Mahkota! Maafkan aku Putera Mahkota" Bisik Ratu Karina setengah mengomel pada Rajendra yang langsung terlihat salah tingkah menatap Randi.

Randi memberikan isyarat tangan bahwa ia tidak apa-apa dan segera mengambil sapu tangan yang disimpannya di lengan bajunya untuk menyapu beberapa bulir nasi di bibirnya lalu meneguk teh hangatnya.

Randi menatap Rajendra dan Ratu Karina yang tampak khawatir lalu memijat pelipisnya yang sekarang terasa cenat cenut.

'Kenapa Pangeran harus bertanya yang aku SENDIRI TIDAK TAHU BAGAIMANA MENJAWABNYA!' Kesalnya dalam hati kemudian melirik Rajendra dengan tatapan kesal dan langsung membuang muka.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang