34

10 1 1
                                    

Rajendra menelusuri jalan pulang dengan tekad bahwa ia bisa melupakan Mira dan melanjutkan hidupnya.

Ia memilih jalan yang lebih jauh kembali ke Istana untuk mengingat jalan yang pernah dilaluinya bersama Mira saat kecil sebagai kenangan terakhirnya.

Jemarinya menyapu tembok bata rumah-rumah yang dilewatinya sambil berusaha tersenyum menguatkan dirinya.

Namun sesekali ia terbatuk dan membuatnya harus berhenti selama beberapa detik.

"Anda baik-baik saja Pangeran?" Tanya Min dengan nada khawatir.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terlalu..teringat dengan yang terjadi disini.."

Min membantu memapahnya dan sigap berdiri di belakangnya bersiap jika terjadi sesuatu padanya.

Rajendra kembali melanjutkan jalannya. Dengan perlahan ia menikmati setiap langkah yang diambilnya.

Angin yang berhembus seolah menemani mereka dan sesaat Randi menghentikan langkahnya menatap rembulan.

Tidak menyadari ada seseorang yang berjalan melewatinya di belakangnya.

                             *****

Lam langsung mendatangi Erika dengan ekspresi protes begitu ia masuk ke ruangannya.

"Kenapa Nona tega membohongiku dan pergi ke Istana sendirian?! Apa Nona tidak khawatir jika ada salah satu pelayan Selir Tingkat Dua.."

"Iya-iya aku minta maaf. Kupikir aku bisa melakukannya sendiri dan tidak ingin mengganggu tidurmu. Jadi aku pergi.."

"Jangan sekali-kali Nona melakukannya lagi! Atau kalau tidak aku akan bicara terus terang pada Tuan Agraria" Ucap Lam kemudian membantu Erika mengganti pakaiannya.

Lam kemudian mengambil pakaian kotor Erika dan melipatnya sedangkan Erika duduk sambil menghembuskan nafas dengan ekspresi termenung menatap jendela.

"Apa terjadi sesuatu disana Nona? Apa benar yang memanggil Tuan.." Erika menggeleng lalu menghembuskan nafas lagi.

"Aku menduga sepertinya Yang Mulia Ratu yang memanggil Ayah ke Istana.."

"A..apa?! Apa Nona yakin?" Erika mengangguk kemudian menaruh wajahnya di kedua telapak tangannya.

"Aku masih menduganya. Karena perasaanku mengatakan jika Selir Agung tidak mungkin sebaik itu"

"Maksud Nona?"

"Jika itu memang Selir Agung, pasti Ayah tidak mungkin setenang itu. Dan.. pasti Selir Agung akan menunjukkan wajahnya secara langsung.."

"Aku tidak memaksamu ataupun putrimu untuk menyetujui rencanaku. Puterimu bebas memilih dan kau bilang dia tidak akan masalah jika tidak lolos seleksi. Dari situlah aku bisa menilai bahwa puterimu memiliki cukup potensi untuk menjadi Puteri Mahkota. Aku tidak bisa menjanjikan seperti yang Selir Agung janjikan padamu. Tapi jika kalian setuju, aku berjanji akan melindungi puterimu dari semua ancaman yang 'mungkin' mengarah padanya"

"Kenapa Anda sampai melakukan ini? Bukankah posisi Anda sudah mengunci semuanya?"

'Mengunci semuanya?'

"Aku hanya ingin melakukan tugasku dengan baik dan bisa menemukan gadis yang cocok untuk Putera Mahkota. Aku ingin melihatnya bahagia di tengah situasi yang cukup menyakitkan dan setidaknya dia memiliki seorang teman yang bisa berbagi kesedihannya"

Dan ucapan itu meyakininya bahwa wanita itu bukanlah Selir Agung Shondra melainkan Yang Mulia Ratu Karina.

                          *****

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang