23

12 1 2
                                    

Rajendra membuka amplop itu dan kaget setelah membaca isinya kemudian menatap Tabib Jang. 

"Apa kau yakin? Yang Mulia bilang jika.." 

"Sebenarnya saat insiden itu terjadi, Putri Bangsawan Rendana dan Putra Mahkota Arkena adalah target terakhir mereka. Yang kudengar mereka terjatuh dari atas tebing dan tidak ditemukan jasadnya karena hilang. Tetapi beberapa hari setelah itu salah satu anak buah Yang Mulia menemukan dua jasad anak-anak masing-masing tidak jauh dari Sungai Yan dalam keadaan setengah busuk dan wajahnya tidak bisa dikenali.." 

Rajendra berusaha mencerna ucapan Tabib Jang. 

"...mereka dibawa ke Ruang Mayat dan tidak mengijinkan siapa pun untuk masuk. Lalu.."

"Dua hari setelah ada berita bahwa kedua jasad itu adalah Kamila dan mendiang Putra Mahkota Arkena" Tabib Jang mengangguk. 

"Tapi di hari berikutnya sebelum mereka dimakamkan, aku diam-diam menyelinap masuk kesana dan memeriksanya. Berdasarkan dari ciri-ciri fisik Putri Bangsawan Rendana dan Putra Mahkota yang kutahu.." 

"Tunggu. Darimana kau bisa tahu mengenai detail fisik adikku?" Tabib Jang menelan ludah lalu menundukkan kepalanya. 

"Jawab aku! Darimana kau tahu soal itu?" Tabib Jang kemudian menundukkan tubuhnya memohon ampun pada Rajendra. 

"Ampuni aku Pangeran. Sungguh aku hanya dimintai bantuan dari seseorang yang juga sedang mencari tahu mengenai Putri Bangsawan Rendana. Ampuni aku.." 

Rajendra tercengang mendengar jawaban Tabib Jang. 

"Apa..kau tahu..siapa dia?" Tabib Jang menggelengkan kepalanya. 

"Orang itu menutupi wajahnya dan berpakaian serba hitam seperti Pembunuh Bayaran.." 

Rajendra seketika lemas. Tabib Jang pelan-pelan menatapnya dengan raut wajah bersalah sekaligus khawatir. 

"..tapi satu hal yang kuyakini, dia adalah seorang gadis" 

                          
                             *****

Setibanya Randi di ruangannya, dengan segera ia berganti pakaian dan pergi secepat kilat melewati jalan pintas menuju Gerbang Barat. Agha yang mengikutinya tampak terengah - engah karena laju larinya yang cepat. 

"Sebenarnya apa yang.." 

"SSHHH!" Agha terdiam lalu mengikuti arah mata Randi yang sedang memperhatikan para undangan yang baru saja keluar dan masuk ke keretanya masing-masing. 

"Apa dia sudah pergi?" Gumamnya kecewa dan hendak berbalik arah namun sosok gadis itu akhirnya menunjukkan dirinya bersama dengan seorang gadis yang tampak akrab lalu membuka pintu kereta dan mempersilahkan gadis itu masuk. 

Tanpa berpikir panjang, Randi langsung mengikuti kereta itu secara diam-diam. 

                              *****

"Apa ada sesuatu yang mengganggu Nona?" Tanya Mira ketika melihat wajah muram Kamila dari jendela. 

"Mungkin ada banyak orang yang bernama 'Karina' sama seperti Ibu kan?" Mira terdiam. 

"Berhenti. Aku ingin jalan saja" Ucap Kamila pada para pembawa kereta yang berhenti dan menurunkan keretanya. 

Kamila mengangguk pada Mira seraya memberikan upah pada para pembawa kereta yang menggumam terima kasih dan pergi meninggalkan mereka. 

"Nona yakin ingin turun disini? Ini kan masih cukup jauh ke Rumahku?" 

"Rasanya sesak hanya duduk diam dan memikirkan Yang Mulia Ratu yang kebetulan memiliki nama depan yang sama seperti Ibu. Lebih baik berjalan seperti ini, bisa menghirup udara malam tanpa perlu khawatir ada yang mengikuti" Mira sontak melihat sekeliling memastikan tidak ada yang mengikuti mereka lalu ikut berjalan di belakang Kamila. 

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang