22

10 2 0
                                    

Mira terus melirik Kamila yang terdiam di sepanjang jalan. Setelah mengetahui kenyataan yang terjadi, gadis itu hanya tertunduk lesu sehingga nyaris beberapa kali tersandung dan salah mengambil jalan jika Mira tidak menuntunnya. 

"Apa Nona ingin membeli sesuatu sebelum kita pulang?" Tawar Mira. 

Kamila menghentikan langkahnya menatap sekeliling dan kedua matanya tertuju pada sebuah toko kain dan benang. Mira seolah mengerti kemudian menarik tangan Kamila pergi kesana. 

"Pilihlah yang Nona suka. Aku yang traktir!" Ucap Mira senang mengagumi warna-warna kumpulan benang. 

Namun kesenangan itu tiba-tiba harus hilang karena warna benang yang diambil Kamila. 

'Warna itu..' Mira pun segera menghempaskannya dan memberikan uang kepada Penjual lalu pergi. 

"Apa ada lagi yang Nona ingin.."

"Tidak. Aku ingin pulang" Mira menghela nafas memahami. 

"Baiklah, mari kita pulang" 


*****

Atthar langsung berlari secepat mungkin segera setelah memastikan Arfan pulang dengan selamat. Ia ingin memastikan bahwa yang ia lihat tadi adalah benar mereka. 

Terutama Mira. 

Lajunya kemudian berhenti sesaat ketika kedua matanya menangkap sosok yang sama yang ia lihat tadi di Hutan. Dengan membuat jarak yang tidak terlalu jauh, ia mengikuti dua gadis itu dan seakan jantungnya berhenti berdetak saat matanya melihat Mira, pelayan pribadi Nona Kamila yang hilang sepuluh tahun yang lalu. 

Bersama dengan Nona Kamila yang juga masih hidup. 

'Putra Mahkota...seandainya saja Anda tahu siapa yang berhasil kutemui hari ini..'


*****

Hari ini adalah Hari tersibuk dan juga terpenting di kota Hanra. Para Bangsawan yang sudah mendapat undangan sibuk mempersiapkan diri untuk melakukan kunjungan secara tertutup ke Istana. Begitu juga dengan di Istana, para pelayan dari berbagai divisi sibuk mempersiapkan untuk Upacara Penobatan yang akan dilakukan beberapa jam lagi. 

Raja Arlana beberapa kali terlihat menarik nafas karena teringat pertemuan pertamanya dengan Putra Mahkota dan membuat dirinya harus berkonflik pada dirinya sendiri. Sokka pun menghampirinya. 

"Setelah Penobatan selesai, suruh Shondra menemuiku" Sokka mengangguk kemudian kembali ke posisinya. 


*****

Sementara itu Kirana yang juga sedang tengah bersiap memakai pakaian kebesaran Kerajaan kerap kali harus menarik nafas, terutama saat tusuk konde naga emas pemberian Raja Arlana dipakaikan di belakang kepalanya. 

Rajendra yang juga baru saja selesai bersiap keluar dari ruangannya menatap Kirana. Rajendra mengetahui bahwa tatapan Kirana adalah tatapan sedih yang mengekspresikan bahwa Ibunya masih setengah hati menerima posisinya sebagai Ratu dari Arleon. Tapi karena ini demi menyelamatkannya maka Ibunya tidak memiliki pilihan lain. 

"Kau tampak gagah dengan pakaian itu, Pangeran Rajendra" Puji Kirana terdengar lirih. 

Rajendra tersenyum sedih. "Apa Ibu benar-benar harus melakukan ini?" 

Kirana lalu menghampirinya dan memegang kedua pundaknya. 

"Seorang Ibu rela melakukan apapun demi membuat anaknya tetap hidup" Ucap Kirana lalu mengusap pipi Rajendra penuh sayang dengan kedua mata berkaca-kaca. 

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang