4

53 2 0
                                    

Kedua mata Arkena masih berusaha menatap Kamila yang berjalan disampingnya. 

'Kenapa anak itu terus memandangi Nona Kamila?' Tanya Mira tampak penasaran ketika melihat Arkena dan Kamila di depannya. 

"Perhatikan dirimu sendiri. Terutama jalanmu" Ucap Atthar yang nyaris ia tabrak karena tiba-tiba memiringkan badannya untuk menendang sebuah batu. 

Mira melihat batu yang ditendang Atthar lalu kembali melihat Arkena dan Kamila di depannya. 

"Kau sudah berapa lama bekerja dengannya?" Tanya Mira kali ini menatap Arkena yang otomatis memunculkan banyak pertanyaan di kepalanya. 

"Sejak usiaku lima..ya! Perhatikan ucapanmu!" 

"Apa dia Putra Mahkota?" Atthar menelan ludah saat mendengar pertanyaan Mira. 

"Bukan! Dia bukan.." 

"Lalu kenapa aku harus menjaga ucapanku? Lagipula kan aku nggak bilang dia pengemis atau.."

"Pokoknya kau harus menjaga ucapanmu!"

"Kenapa?"

"Ya..kau harus menjaga saja!" 

"Aneh. Padahal kan dia hanya seorang Bangsawan sama seperti Nona" 

Emosi Atthar hampir meledak saat mereka sudah sampai di depan rumah Kamila. 

"Terima kasih sudah mengantarkanku dan Mira pulang. Sebaiknya kalian juga segera pulang! Dah.."

"Tunggu!" Kamila menghentikan langkahnya dan menoleh. 

"Ini..ini untukmu. Sebagai tanda permintaan maaf" 

Arkena memberikan sebuah bungkusan kain berwarna pastel dari dalam lengan pakaiannya kepada Kamila. 

"Apa ini?" Tanya Kamila menatap bungkusan kain yang ada di tangannya. 

"Jangan dibuka disini! Dah!" Arkena langsung berlari disusul Atthar yang juga berlari di belakangnya meninggalkan Mira yang sudah penasaran dengan isi dalam bungkusan kain itu. 

Serta Kamila yang menatap kepergian Arkena dengan bingung. 

----

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu berdiri dan memberi hormat pada Pangeran Arlana yang baru saja datang dengan Sokka dan juga Abima di belakangnya. Sokka memberikan ijin para Gisaeng untuk masuk dan memberikan minuman kepada para Menteri dan juga Pangeran Arlana. 

"Rasanya sudah sangat lama sejak upacara kematian Yang Mulia Ariaka aku melihat Pangeran Arlana disini memanggil kami" Ucap Menteri Aria kepada Pangeran Arlana. 

Pangeran Arlana lalu menatap Sokka yang kemudian setelah para Gisaeng keluar pengawal pribadinya itu menutup pintu ruangan itu. 

"Ya. Rasanya sudah lama sekali. Kalau begitu mari kita bersulang!" Pangeran Arlana mengangkat gelasnya kemudian diikuti para menteri yang lainnya. 

"Ada apa Pangeran memanggil kami?" Tanya Menteri Keuangan, Azura. 

"Sebaiknya aku langsung bicara ke intinya saja. Aku ingin mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi milikku. Aku ingin posisi Armara.." Jawaban Pangeran Arlana membuat para menteri terkejut. 

Tapi tidak dengan Menteri Abima dan Aria yang tiba-tiba berdiri lalu membungkuk di hadapan Pangeran Arlana. 

"HIDUP YANG MULIA ARLANA!!" Ucap mereka seraya memberi hormat dan diikuti oleh para menteri yang lain. 

"HIDUP YANG MULIA ARLANA!! HIDUP YANG MULIA ARLANA!!" Yang rupanya suaranya sayup-sayup terdengar dan membuat ekspresi salah satu Gisaeng tidak bisa dijelaskan sembari pergi ke kamarnya dengan cepat. 

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang