15

18 2 2
                                    

Sena yang merasa penasaran ikut berdesakan untuk membaca poster pemberitaan yang ditempel di papan pengumuman. Beberapa orang membacakan berita itu pada para budak yang tidak bisa membaca.

Tapi tidak dengan dirinya yang mampu membaca tulisan itu bahkan aksara San. Namun ia berusaha menyembunyikannya agar tidak diketahui oleh orang lain mengenai kemampuannya.

Karena budak tidak diperbolehkan untuk belajar membaca dan jika ada yang melanggarnya maka akan diberikan hukuman berat. Jadi Sena ikut mengangguk-angguk setelah mendengarkan seorang yang membacakan isi berita itu.

Dan ia pun segera pergi dari kerumunan itu kembali menuju toko lukisan untuk bekerja. Nyaris berpapasan dengan seorang wanita berpakaian seperti Gisaeng yang tak lain adalah Shondra. Yang membaca berita itu dengan tangan mengepal menahan emosinya.

"Kupikir kita harus segera 'pulang' ke Hanra secepatnya"


****


"Mulai malam ini mereka akan tinggal di Paviliun Barat, segera persiapkan semuanya!" Perintah Raja Arlana pada Abima setibanya mereka di Paviliun Utara.

"Yang Mulia, Cenayang Lin dan Perdana Mentri Azura sudah datang"

"Suruh mereka masuk"

Cenayang Lin dan Azura melangkah masuk ke Aula Besar dan memberikan hormat pada Raja Arlana.

"Kudengar Anda memanggilku Yang Mulia" Ucap Cenayang Lin.

"Persiapkan ritual menjelang Acara Penobatan Ratu. Aku tidak ingin ada gangguan apapun selama acara itu berlangsung. Dan.."

"Ya Yang Mulia?"

Abima yang mengerti maksud Raja Arlana segera menyuruh Azura untuk ikut pergi bersamanya meninggalkan Raja Arlana dan Cenayang Lin di Aula Besar. Setelah keadaan dirasa aman, Raja Arlana melanjutkan ucapannya.

"Aku ingin kau membuat jimat khusus untuk seseorang"


****


"Ada surat untuk Anda, Tuan" Ucap pelayan pribadi Danurdara kemudian pergi meninggalkan ruangannya.

Danurdara membuka surat itu lalu membacanya.

"Semoga aku tidak menganggu kegiatan Tuan dengan kedatanganku"

Seorang wanita berpakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajah datang tanpa diketahuinya. Wanita yang tidak lain adalah Ma, pemimpin kelompok pemberotak.

"Oh tidak sama sekali. Aku baru saja selesai membaca surat yang kau kirimkan. Melihat pakaianmu, sepertinya kau berhasil memasuki Hanra dengan mudah"

"Sangat mudah membereskan sampah-sampah kecil. Tapi aku masih tetap waspada. Jadi, Penobatan Ratu akan dimulai dua hari lagi?"

"Yah..seperti yang kau dengar di luar, situasi Hanra menjadi sangat kacau dengan berita soal Penobatan Ratu yang dilakukan secara tertutup. Tapi aku tidak menyangka kalau hanya butuh dua hari saja setelah rumor yang kau sebar"

"Aku memang sedikit terkejut dengan langkah yang diambil Yang Mulia setelah mendengar rumor itu, tapi sebenarnya aku sudah pernah menduga soal ini"

"Calon Ratu?" Ma mengangguk. "Apa dugaanmu?" Tanyanya lagi.

"Ada kabar bahwa ada seorang wanita yang sudah dipersiapkan untuk menduduki posisi Ratu sejak lama, tetapi wanita tersebut telah memiliki anak.."

"Maksudmu Yang Mulia Arlana sudah punya anak dari wanita itu?!" Ma menggeleng.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang