24

12 1 4
                                    


Kamila berjalan melewati beberapa toko yang menjajakan berbagai barang dan berhenti di depan sebuah toko kain.

Mira mengikuti Kamila masuk ke dalam toko itu. Ia mengerti betul jika Nonanya sudah mulai memilih berbagai kain dan benang itu tandanya Nonanya sedang stress.

"Mira, diamlah disitu. Aku ingin mengukur ukuran badanmu" Ucap Kamila kemudian menggerakkan jemarinya mengukur tubuhnya.

"Ta..tapi Nona.."

"Pilih tiga warna kain dan aksesorisnya"

Mira merasa ragu dan juga tidak yakin, namun ia tetap mematuhi perintah Kamila.

"Ehm.. Nona, aku..tidak tahu mana aksesoris yang cocok untukku.."

Kamila menoleh lalu menghampiri bagian aksesoris kemudian mengambil aksesori berbentuk capung berwarna tosca.

"Aku ambil ini ya, ini uangnya"

Kamila lalu pergi menuju toko lainnya dan berjalan pulang tanpa memberi kesempatan Mira untuk bicara di sepanjang jalan pulang.

Sesampainya di kamar, Kamila mulai mengeluarkan semua bahan yang dibelinya dan mempersiapkan alat jahitnya.

Mira hendak membantunya dengan mengambil sebuah kotak kecil berisi jarum namun tangan Kamila lebih cepat memegang tangannya.

"Diam dulu sebentar ya"

Kamila lagi-lagi mengukur badan Mira lalu menulisnya di secarik kertas. Lalu saat Kamila akan mengukur pinggangnya, ia memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa Nona bersikeras membuatkanku pakaian yang tidak seharusnya kupakai?"

Kamila lalu menulis lagi kemudian menatap Mira.

"Karena kau membutuhkannya dan aku ingin menepati janjiku"

"Ta.. tapi Nona lebih membutuhkannya.."

"Aku sudah melanjutkan hidupku sebagai Sena yang hidup sebagai budak. Dan kau, justru tidak boleh tetap melanjutkan hidupmu sebagai Mira.."

Mira hendak membantah namun suaranya enggan keluar.

"..kau harus hidup sebagai Mana. Gadis cerdas dan cantik layaknya permata. Ini adalah jalan yang harus kau lalui untuk menemukan kebenaran"

        
                               *****

Randi melihat sekeliling ruangannya  yang tampak sepi dan kosong. Bahkan suara helaan napasnya bisa terdengar dengan begitu jelas.

"Aku Agha, Putra Mahkota" Ucap Agha di depan pintu ruangannya.

"Masuklah"

Agha pun masuk dan memberi hormat pada Randi seraya memberikan secarik kertas yang dilipat.

Randi pun segera membaca kertas itu sambil mengerutkan kening.

                               *****

Arfan menutup buku yang ia baca lalu menopang pipi kanannya kemudian mengeluarkan secarik kertas dan hendak mengambil sesuatu namun tidak ada.

"Bukannya aku taruh disini ya?" Tanyanya heran kemudian memeriksa hampir di semua laci.

'Tidak. Aku tidak bisa kehilangan itu!'

Ketika ia hendak membuka lemari, Emilia masuk dengan membawa setumpuk baju bersih serta sapu tangan bermotif seekor kupu-kupu yang hinggap di atas bunga aster.

Arfan seketika langsung bernafas lega saat melihat sapu tangan itu.

"Maaf Ibu mengambilnya tanpa ijin. Ibu hanya mencucinya Nak" Ucap Emilia seraya memberikan sapu tangan itu pada Arfan.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang