16

13 2 1
                                    


"Terima kasih karena kau mau membantuku, Tabib Jang!"

Karina lalu segera membungkus obat itu kembali dan menyimpannya di laci meja Rajendra lalu memapah Rajendra ke futonnya ketika mendengar derap langkah mendekat.

"Mentri Abima datang ingin bertemu"

"Persilahkan masuk"

Abima sempat terkejut saat melihat Tabib Jang disana. Namun ia menduga bahwa Raja Arlana sudah memberinya perintah untuk memberikan obat penawar pada putra Karina. Matanya kemudian tertuju pada Rajendra yang tertidur.

"Kau sudah memberikan obat penawarnya?" Tanya Abima.

"Aku diperintahkan untuk memberikan obat penawarnya setelah Anda datang Tuan" Jawab Tabib Jang.

"Ah..begitukah? Kau dengar sendiri kan? Haruskah aku memanggilmu 'Yang Mulia Ratu Karina' sekarang? Seharusnya aku langsung bilang "ya" jika aku jadi kau"

Karina mengepalkan tangannya menahan emosi. Lalu menghembuskan nafas pelan.

"Aku pikir..memang aku harus mengambil 'jalan' itu bukan?!"

Karina pun melangkah menuju mejanya untuk mengambil sebuah kotak kecil lalu mengganti tusuk konde yang dipakainya menjadi tusuk konde dengan motif naga emas dan juga mengganti cincin batu giok putih dengan cincin batu jade berwarna hijau di jari telunjuk kanannya yang membuat Abima tersenyum puas.

"Aku yakin Yang Mulia akan senang mendengarnya. Masuklah!"

Kemudian masuklah seorang wanita paruh baya berpakaian hijau memberi hormat pada Karina.

"Aku asisten Ran, yang akan mengabdikan hidupku untuk melayani Yang Mulia Ratu"

"Segera bawa Yang Mulia Ratu dan Pangeran Rajendra menuju Paviliun Barat!"


****


"Apa kau yakin keberadaan putra Karina tidak akan mengganggu kekuasaanku?"

"Anda tidak perlu khawatir Yang Mulia. Anak itu sudah dalam keadaan terlemahnya, hidupnya hanya akan bertahan untuk beberapa bulan lagi"

Raja Arlana tersenyum senang mendengar jawaban Cenayang Lin mengenai Rajendra. Kemudian Perdana Mentri Azura masuk memberi kabar.

"Karina dan Putranya sedang dalam perjalanan menuju Paviliun Barat, Yang Mulia"

"Akhirnya dia membuat keputusan yang tepat.. Aku tidak perlu repot-repot harus membunuh anak itu untuk memaksanya"

Baik Raja Arlana maupun Perdana Mentri Azura sama-sama memasang senyum licik mereka. Namun tidak dengan Cenayang Lin yang kembali menunduk di hadapan Raja Arlana.

"Maafkan aku karena lancang mengucapkan ini, tetapi aku melihat kekuasaan Yang Mulia juga masih bisa terancam meskipun Nyonya Karina telah setuju untuk menjadi Ratu"

Ucapan Cenayang Lin membuat senyum licik Raja Arlana menghilang berganti dengan tatapan tajam.

"Sudah menjadi tugasmu untuk mencari tau apa yang membuat kekuasaanku terancam dan menyingkirkannya! Aku sedang tidak ingin repot-repot mengotori tanganku di acara penting!"

"Ba..baik Yang Mulia.."

"Azura, apa kau sudah menemukan kandidat untuk mengisi posisi Selir?!"

"Ada Yang Mulia. Tapi aku masih membutuhkan sedikit waktu untuk mempersiapkannya" Raja Arlana mengangguk.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang