5

43 1 0
                                    

"Apa?! Tapi kenapa tiba-tiba.."

"Yang Mulia kemarin memanggil seorang Cenayang untuk memastikan ucapan Menteri Abima soal perkiraan cuaca itu memang benar. Dan Cenayang itu membenarkannya dan juga memberikan bukti hasil ritualnya kepada Yang Mulia" 

"Tapi entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang akan terjadi besok. Apa kau tidak bisa membujuk Yang Mulia untuk mempertimbangkan kembali keputusannya?" Aria hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela napas kecewa. 

Jawaban Arka membuat Rendana terdiam sejenak. Ia teringat ucapan Dika yang menyarankannya untuk memberitahu adik iparnya mengenai rencana kepergiannya. 

"Kakak ipar? Kau baik-baik saja?" Tanya Arka yang rupanya sejak tadi sudah memperhatikannya. 

"Tidak. Aku hanya merasa tidak tenang dengan keputusan Yang Mulia soal ini" 

Lalu matanya menatap Kamila yang sedang latihan menjahit bersama Mira di halaman belakang. 

----

Kedua mata Arkena tertuju pada Kamila yang sibuk menjahit bersama dengan Mira. Ia menatap ekspresi serius yang ditujukan gadis kecil itu dan tidak menyadari Atthar yang menatapnya sambil memutar kedua bola matanya. 

"Kau benar. Enggak ada yang perlu dicemaskan. Ayo kita pulang" Ucap Arkena sedikit kecewa dan enggan untuk pergi. 

Ia sudah berjalan tiga langkah menjauhi rumah Kamila ketika ia tidak sengaja mendengar suara Kamila yang membuatnya menghentikan langkahnya. 

"Apa maksud Ayah? Ki..kita akan pindah?" 

"Ada apa Pangeran?" Arkena menyuruhnya untuk diam dan bersembunyi untuk mencuri dengar percakapan Kamila dan Tuan Rendana di balik tembok pagar. 

"Ayah tidak bisa mengatakannya sekarang Kamila. Yang jelas bersiaplah, Ayah sudah mengirimkan surat pengunduran dirimu di kelas menjahit. Kita akan.."

"Pangeran!" Atthar sambil berbisik menunjuk ke seseorang yang rupanya sedang berdiri tidak jauh dari tempat persembunyian mereka. 

Arkena lalu menatap orang yang ditunjuk Atthar dengan tajam. 

'Kenapa sepertinya aku pernah melihat mata itu?' 

----

Seorang Cenayang baru saja masuk bersama dua orang pengawal suruhan Pangeran Arlana dan berjalan menuju paviliun Raja Armara secara diam-diam. Ia pun langsung menyiapkan ritual dan melakukannya dengan dua pengawal yang menjaganya dari jauh. 

"Kau harus membuatnya dalam kondisi yang paling lemah. Aku ingin kau menguras semua energinya"

 Cenayang itu lalu melaksanakan ritual dan memohon apa yang diminta oleh Pangeran Arlana kepada Raja Armara. Setelah selesai ia pun menyiramkan air yang sudah dimantrai khusus oleh Cenayang itu di sekitaran luar paviliun Raja Armara kemudian menyembunyikan kendi yang berisi air tersebut di bawah sebuah pohon kecil dan menandainya dengan sebuah kain dengan bercak darah. 

Kemudian memberikan isyarat kepada dua pengawal itu bahwa ia sudah selesai menjalankan tugasnya. 

----

"Aku yakin Paman Arlana pasti ada di balik semua hal ini! Tapi sayangnya aku nggak punya bukti kuat untuk mengatakannya pada Ayahanda" Ucap Arkena setelah mendapat info dari Atthar dan juga Eros atas perintahnya. 

"Pangeran Arkena, Pangeran Arlana datang berkunjung" Baik Arkena dan Atthar tersentak sedangkan Eros menelan ludah. 

Mereka pun kembali ke posisi masing-masing. "Beri dia masuk!" Ucap Arkena menarik napas berusaha untuk terlihat normal di hadapan Pangeran Arlana. 

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang