12

14 2 6
                                    

Sena tidak menyadari kehadiran Randi yang kini menatap Arfan tajam. Dengan cepat Randi segera melayangkan jubah bagian lengannya menjadi payung Sena lalu segera membawanya pergi meninggalkan Arfan yang menatap tak percaya dan tidak menghiraukan Sena yang terkejut melihatnya.

"Tuan Randi?! Bagaimana.."

"Simpan pertanyaanmu setibanya kita di rumahku!"


****


Sena baru saja selesai ganti pakaian dan masuklah Randi dengan membawa meja kecil yang sudah berisi beberapa makanan.

"Sudah kau duduk saja. Kau kan tamuku" Ujar Randi menolak bantuan Sena.

Sena menurutinya meskipun ia menatap Randi karena merasa tidak enak.

"Ayo makan sebelum dingin!"

Mereka pun mulai memakan makanan yang disediakan Randi. Matanya melirik Sena yang mulai melahap makanannya yang membuatnya sudah merasa kenyang dan mulai membentuk senyuman di bibirnya.

Sena yang rupanya menyadari tatapan Randi langsung tersedak dan membuat Randi segera memberikan segelas air.

"Kau bisa menghabiskannya tanpa memperdulikan aku. Aku masih punya banyak di dapur" Ucapnya kali ini menatap Sena khawatir.

Namun batuk Sena tidak kunjung berakhir meskipun gadis itu sudah minum air untuk kedua kalinya yang membuatnya menggeser meja makannya kemudian memeluknya.

Tangan kanannya menepuk punggung Sena dengan lembut sedangkan tangan kirinya memeluknya erat dengan pipinya yang mendarat di telinga kiri Sena.

"Tu..Tuan.."

Namun Randi tidak menghiraukan dan terus memeluknya. Tangan kanannya yang semula menepuk punggung Sena kini mendarat di belakang kepala Sena.

"Bisakah kau hanya melihatku saja?"


****


Seorang wanita hanya bisa diam menahan rasa kesalnya setelah mendengar ucapan dari seorang pria di depannya. Sekarang ia sedang memainkan jemarinya sebagai tanda bahwa ia sedang memikirkan cara supaya rencananya berhasil.

"Apa menurutmu sudah waktunya dia untuk tau yang sebenarnya?"

Pria yang itu terdiam sejenak. "Kurasa masih ada cara lain.."

"Sudah hampir 5 tahun kita mencoba untuk membujuknya dan kau tau tidak ada satupun yang berhasil! Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi!"

"Tapi..setidaknya kita tau dimana dia tinggal. Ijinkan aku untuk menyelediki.."

Wanita itu menggebrak meja. Sebagai jawaban atas pertanyaan pria itu.

"Aku akan langsung menemuinya" Ucapan wanita itu membuat pria itu tersentak.

"Ta..tapi Yang Mulia.."

"Sudah waktunya kembali dari ketenangan"


****


Seorang wanita baru saja selesai mengerjakan tugasnya ketika tidak sengaja mendengar pengumuman dari pelayan pribadinya di depan pintu.

"Yang Mulia datang ingin bertemu" Wanita itu menghela nafas panjang.

"Persilahkan masuk" Balasnya kemudian bangkit dari tempat duduknya berjalan ke samping lalu memberi hormat pada seseorang yang baru saja melangkah masuk.

Wanita itu terus membungkuk sampai seseorang itu duduk di tempatnya ia duduk. Tanpa bicara ia mengambil teko dan menuangkan teh lalu memberikannya pada orang itu.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang