29

9 1 1
                                    

Arfan seakan tidak bisa berhenti tersenyum saat menangkap basah Sena yang berdiri di depan jendela ruangannya.

Ia pun berusaha bertingkah senormal mungkin membaca buku yang ada di mejanya agar tidak ketahuan oleh gadis yang saat ini ada di depannya.

Kedua mata yang selalu membuatnya tidak bisa berhenti berpaling.

"Maaf menganggu Tuan Arfan. Kedatanganku kesini ingin memberikan ini"

Sena memberikan bungkusan kain itu pada Arfan yang langsung dibukanya.

"Ini sungguh kau yang membuatnya?"

Sena mengangguk sambil menatap pakaian yang ada di pangkuan Arfan khawatir.

"Aku aku merawat dengan baik pakaian ini. Terima kasih Sena"

Ucapan Arfan tanpa sadar membuat rona merah di pipi Sena yang segera ditutupnya dengan menundukkan kepalanya.

"Ka..kalau begitu aku pamit pulang"

"Tunggu!" Sena membalikkan badannya.

"Arrhm.. Ini sudah hampir jam malam, kau bisa kena masalah jika pulang sendirian. Tunggulah di luar"

Sena mengangguk kikuk lalu berjalan keluar dari ruangannya. Arfan dengan cepat bersiap dengan pakaian dan topinya serta tidak lupa mengambil hadiah yang ia beli saat di toko kain bersama gadis itu.

Ia menutup jendela, merapikan buku dan mengikat kembali bungkusan kain pemberian Sena lalu bergegas keluar takut-takut Sena sudah pergi.

"Ah! Sapu tanganku.."

Tidak lupa ia mengambil sapu tangan dan menyimpannya.

                              *****

"Yang Mulia datang!" Teriak salah satu pelayan Selir Erina yang terdengar sampai ke telinga Erina.

Erina kemudian berkaca memastikan bahwa tidak ada satupun yang kurang untuk menyambut Raja Arlana.

Cahaya yang menerangi ruangan Erina berubah menjadi sedikit redup untuk menghidupkan suasana.

Erina pun berdiri memberi hormat pada Raja Arlana lalu berjalan kesamping membiarkan Raja Arlana duduk di tempatnya.

Semua pelayannya pun keluar dari Paviliun Erina bersamaan dengan rombongan pelayan Raja Arlana.

"Sungguh kehormatan bagiku mendapatkan kunjungan Yang Mulia"

Raja Arlana menatap ruangan Erina dan mendecak.

'Jadi dia benar-benar sudah mempersiapkannya..'

"Aku akan mengatakannya padamu mulai malam ini. Aku tidak tertarik dengan hal ini dan aku melakukannya hanya karena Ratu yang memiliki wewenang untuk mengaturnya"

Erina mengangkat kepalanya memandang Raja Arlana.

"Tapi Yang Mulia.."

"Kau sudah menjadi Selirku dan hidupmu sudah dipastikan aman. Aku tidak berniat untuk menjadikanmu Selir seutuhnya"

"Tidak bisakah.. Aku mendapatkan perlakuan yang sama seperti Selir Agung?"

Tangan Erina mencoba menggenggam tangan Raja Arlana namun segera ditepis. Seakan tidak hilang akal, Erina mencoba menarik tali jubah Raja Arlana dan berhasil.

"Apa Yang Mulia tidak ingin.. ARRGGH!"

"APA KAU TIDAK TAHU MALU BERANI MENYENTUH TUBUHKU TANPA SEIJINKU?!"

Raja Arlana menarik jubah Erina dan menatapnya dengan penuh amarah.

"Aku tahu apa rencana busukmu! Apa kau berusaha memanfaatkanku untuk dan mencoba mengincar posisi Ratu?!"

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang