33

13 1 1
                                    


Sena yang berjalan di belakang Mira tiba-tiba menggenggam lengan Mira. Mira menatap Nonanya seolah mengerti apa yang ingin disampaikan gadis itu.

Dan membuat mereka berbelok ke jalan lain. Mereka pun saling terdiam sampai Mira menghentikan langkahnya.

Mira menyampingkan tubuhnya seolah mempersilahkan Sena melihat yang ada di depannya.

Sena perlahan melangkah menuju puncak tebing dengan tubuh gemetar sembari menahan tangis.

"Nona.."

"Ja..jadi.. Aku terjatuh disini?" Mira mengangguk hati-hati.

Dan sigap memegangi tubuh Sena yang terjatuh lemas dengan berurai air mata lalu memeluknya erat.

Ingatan Sena memutarkan kejadian dimana dirinya sudah terpojok dan mustahil untuk bisa lolos dari para pemanah yang mengejarnya selain melompat dari tebing.

Cengkraman Sena di lengan Mira menunjukkan bahwa Nonanya tengah teringat akan kejadian itu.

Namun cengkraman itu perlahan terlepas seraya dengan pertanyaan Sena.

"Dia.. Dia yang berusaha menghadang mereka dan melompat..apakah dia orang yang sama dengan yang mengirimkan surat itu?"

*****

Arfan sekali lagi memegang dadanya yang mendadak terasa nyeri. Ia membuka pakaiannya dan menatap bekas luka itu melalui cermin kecil di samping meja.

'Bukankah rasanya mustahil untuk bisa hidup dari luka sedalam ini?'

"Arrgh.." Kemudian tangannya memegang kepalanya yang mendadak memutar sebuah ingatan.

"JANGAN SAKITI DIA"

BLUUSSHH

"Arrgh..jangaan.." Lirihnya menatap pantulan dirinya yang dengan sekejap memunculkan sosok kecil Arfan yang berpakaian resmi berwarna biru dengan hiasan perak.

"Arrgh..tidak..itu bukan.."

"Anda harus tetap hidup Putera Mahkota Arkasena..jadilah Raja yang lebih baik dari Yang Mulia dan menjadi pembela bagi rakyat.. Puteraku.."

"Ratuku! Tidak! Kau harus tetap hidup bersamaku dan Arkasena! Kau harus menepati janjimu untuk terus hidup bersamaku! TIDAK! TABIB JANG!..."

"Ibu.. Aarrgh..kepalaku... Tolong..seseorang.."

Rasa sakit di kepalanya seolah menghentikan nyeri dadanya dan membuat penglihatannya mulai kabur.

Sosok gadis kecil yang ia lindungi.. Seorang wanita Kerajaan yang membuatnya menangis..

'TIDAK! AAAARRGH!'

"Kau harus tetap hidup menjadi Putera Mahkota Arkasena.."

"Kau suka salju atau hujan bunga?"

Kesakitannya semakin menjadi. Potongan ingatannya kembali memunculkan sosok Raja Arlana yang memandangnya dengan senyum meringai yang membuatnya sesak nafas.

"AARGH..tolong..lepaskan.."

Arfan terjatuh sambil meringis kesakitan dengan nafas tersengal. Ia berusaha bergerak menuju pintu namun tenaganya seolah sudah terkuras.

Mendadak ada sebuah sorot sinar yang muncul dari pintu ruangannya. Dengan pandangan yang semakin kabur, kedua matanya hanya bisa menangkap sebuah sosok menyerupai seorang gadis yang memakai aksesori berbentuk bunga mawar yang membuat tangan kanannya bergerak meminta pertolongan.

"Sena..tolong aku.."

*****

Erika menarik dan menghembuskan nafas beberapa kali sebelum berjalan ke ruangan Agraria.

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang