38

12 1 0
                                    

Sena memberi hormat pada Nyonya Emilia dan berjalan meninggalkan Rumah Bangsawan Gun dengan perasaan campur aduk dan hampir meneteskan air mata karena untuk pertama kalinya ia bertemu lagi dengan Arfan yang tidak lain adalah Putera Mahkota Arkasena.

Sena sudah berdiri di depan teras ruangan Arfan cukup lama. Sebelumnya, ia langsung melangkah menuju ruangan Arfan dengan normal namun tidak dengan sekarang.

Karena ingatannya telah kembali, kali ini akan menjadi lebih sulit karena seseorang yang akan dia temui adalah seseorang yang dulunya merupakan calon Pemimpin Negara.

'Tarik nafas..lepaskan..tarik..lepaskan..dia masih menganggapmu sebagai Sena dan dirinya Tuan Arfan. Seharusnya tidak ada yang perlu kau khawatirkan'.

Sena menarik nafas lalu menghembuskannya seraya berucap.

"Saya datang mengantarkan pakaian Tuan Arfan"

"Masuk" Jawab Arkasena tanpa menunggu lama.

Sena mendorong pelan pintu ruangan Arkasena dan terlihat Arkasena sedang duduk tengah membalikkan halaman sebuah buku.

Dan sedetik setelah kedua kaki Sena melangkah masuk kedua mata Arkasena yang semula menatap buku kini berpindah padanya.

Sena langsung menunduk sembari menyerahkan kotak berisi pakaian Arkasena yang sudah dijahitnya.

Situasi langsung menjadi canggung seketika dan Sena merasakan jika Arkasena masih menatapnya dalam diam.

"Tu..tugasku sudah.."

"Bagaimana aku bisa yakin jika pakaian ini sudah pas denganku atau tidak?"

"Ya?"

"Bukankah kau harus memastikan pakaian itu pas di badanku?"

Pertanyaan dan ekspresi Arkasena yang dingin menyiratkan bahwa ada yang berubah dari dirinya.

Seperti Sena sudah tidak menemukan sosok Arfan dari dalam diri Arkasena.

Dan itu membuat Sena perlahan mengangkat kepalanya bertatapan dengan Arkasena yang masih menatapnya dingin.

Tanpa bicara lagi, Sena membuka kotak itu dan mengambil pakaian Arkasena. Arkasena langsung berdiri di depannya sambil membuka kedua tangannya seolah memberinya izin untuk membuka pakaiannya.

Sena dengan pelan membuka pakaian luar Arkasena dan menggantinya dengan pakaian yang ia jahit.

Dalam keheningan, Sena berusaha menyelesaikan tugasnya tanpa menyadari bahwa tatapan Arkasena tidak pernah berpaling sedikit pun darinya.

"Ba..bagaimana Tuan? Apa ada yang harus kuperbaiki?"

Sena hendak mundur namun Arkasena mengunci geraknya sehingga jarak mereka saling berdekatan.

Sena menelan ludah. Arkasena menatapnya seolah sedang menganalisanya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

                              *****

Agha hanya bisa berdiri dengan tatapan yang tidak terlepas dari Randi yang sudah hampir lima belas menit berjalan mondar-mandir di ruangannya.

"Siapa gadis yang dipilih Yang Mulia Ratu yang juga dipilih Ibu?" Tanya Randi pada dirinya sendiri yang masih terdengar di telinga Agha.

"Bukankah seharusnya Yang Mulia Ratu memilih gadis lain?.."

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang