7

130 3 0
                                    


"Ta..ta..tapi Tuan, restorannya.." 

"Ada Arga yang akan menanganinya. Kau tenang saja. Anggaplah kau sedang mengambil jam istirahatmu lebih awal" Ucap Randi tidak bisa menyembunyikan senyumnya. 

Terutama saat tangannya dengan berani mengenggam tangan gadis itu. 

Mereka pun mendatangi beberapa toko untuk memesan dan membeli bahan-bahan. 

"Oh? Biasanya Tuan Arga yang datang kesini. Apa ada masalah dengan daging ayam yang kukirim Tuan?" Tanya Pemilik toko daging langganan restoran Randi khawatir. 

"Semua daging yang ada disini benar-benar sehat dan bagus. Aku kesini untuk membeli sedikit tambahan daging sekalian mengajak karyawanku kesini untuk melihat-lihat" Jawab Randi lalu memperkenalkan gadis itu pada pemilik toko daging. 

"Namanya Sena" 

----

Semua pekerja di sebuah rumah mulai sibuk untuk segera menyelesaikan tugas mereka untuk bersiap-siap. Sang pemilik rumah sibuk berdiskusi dengan salah satu pekerjanya sambil melihat ke sebuah jendela kamar yang sejak tadi tertutup. 

"Kau boleh pergi setelah merapikan sisa bahan yang tadi kita beli di Pasar" Ucapnya sebelum berjalan menuju ke kamar itu. 

Ia segera membuka pintu kamar itu dengan pelan dan melihat posisi sang pemilik kamar yang tidak lain adalah anaknya yang belum berubah sejak ia meninggalkan kamar itu tadi pagi. 

"Aku akan pergi ke Teras setelah selesai membaca ini" Ucap anaknya tanpa menatapnya yang membuatnya menghela napas panjang. 

Ia pun melangkah menghampiri anaknya dan menurunkan buku yang sedang dibacanya dengan tangannya sehingga membuat anaknya kini menatapnya dengan sedikit kesal. 

"Ibu.." 

"Mau berapa lama lagi kau terus berkutat dengan semua buku-buku ini Arfan?" Seorang pria bernama Arfan kini menghela napas seolah tahu apa yang akan Ibunya ucapkan padanya. 

"Ibu tidak pernah melarangmu untuk membaca. Ini memang yang harus dilakukan sebagai seorang Bangsawan, tapi Ibu mohon.." 

"Dan berapa kali juga aku sudah mengatakannya kepada Ibu, aku sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti apa itu namanya ehm.."

"Kencan Buta" 

"Ah! Ya itu..kencan buta. Aku sama sekali tidak tertarik untuk mengikutinya. Aku lebih suka.."

"Apa buku-buku itu bisa berubah menjadi seorang gadis cantik yang akan menjadi menantu Ibu?" 

"Bu..aku mohon.." Ia mengambil tangan Arfan lalu mengenggamnya lembut. 

"Nak, bagi Ibu dan Ayah tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain kau. Melihatmu tumbuh sehat, pintar dan juga menjadi pria yang mengerti tata krama sudah kau lakukan tanpa kami meminta dan sekarang permintaan kami.."

"Permintaan Ibu. Ayah menyerahkan semuanya padaku dan tidak menekanku seperti ini" Ucap Arfan lembut dan membuatnya tersenyum malu. 

"..permintaan Ibu cuma satu Nak. Ibu mau melihatmu menikah dengan gadis yang kau cintai" 

"Tapi umurku kan baru dua puluh tahu.."

"Ayahmu menikahiku saat usianya baru sembilan belas tahun!" Bisiknya membuat Arfan terkejut. Ia mengangguk. 

"Tapi kan Ibu tau sampai sekarang belum ada yang membuatku seperti itu" Lalu ia pun menunjuk ke arah langit yang sudah gelap namun terdapat beberapa lampion yang berterbangan di belakang Arfan. 

[FFS SERIES] "US"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang