Bagian 10 (On)

180 88 2
                                    

"From painting and writing, you’ll know what you don't know.”
_______

Menghela napas panjang, Anna menekan tombol hijau yang sejak tadi muncul di layarnya.

"Ke mana kau seharian ini?!" Tanya siapa lagi kalo bukan Si annoying Man. Sejak tahu Anna kabur dari rumah, Wildan sempat mengelilingi beberapa tempat yang biasanya wanita itu kunjungi. Namun hasilnya nihil.

"Berhentilah melarangku ini dan itu. Aku bukan bocah lagi." Jawab Anna ketus. Oh yeah.. Lagi lagi mereka bertengkar. Tidak di rumah, tidak di telepon sama saja.

"Setidaknya jawab teleponku, sialan!" Wildan mengumpat dari seberang telepon. "Apa kau tidak ada kapok-kapoknya sama sekali setelah hampir mati waktu itu?"

"Kenapa kau selalu mengungkit malam itu?" Anna berusaha menetralkan emosinya meski sulit. "Ada apa denganmu sebenarnya? Selama ini kau tidak pernah se-cerewet ini jika aku pergi."

Wildan yang saat itu tengah duduk di kursi kemudi mobil, memejamkan mata sambil menghirup napas panjang. Haruskah dia menjelaskan semuanya pada anak ini?

"Tidak perlu dijawab." Anna menimpali bahkan sebelum Wildan bersuara. "Aku tahu kau seperti ini sejak pelukis malam itu menyelamatkanku."

Pria di seberang telepon itu masih diam. Dia tahu melebihi siapapun jika adiknya satu ini memang cukup pintar. Sampai sering kali kadar pintarnya itu melampaui batas-batas wajar dan parahnya bisa membahayakan dirinya sendiri.

"Tenang saja, dia bukan pria jahat yang seperti kau pikirkan." Anna berkata lagi. Kali ini Wildan merespon dengan tawa getir seakan meremehkannya.

"Bagaimana kau tahu dia tidak akan menyakitimu?"

"Aku punya sudut pandangku sendiri."

"Pandanganmu memang buruk!"

"Kau yang buruk!"

"Jika sampai aku tahu kau menemuinya.." Ujar Wildan mulai memberi ancaman. "Jangan salahkan aku bertindak gila di depanmu."

"Kau benar-benar.." Anna mulai geram. "Aku lebih percaya dengan Kakek yang hanya biasa saja padanya."

"Kakek?"

"Mereka bertemu saat pesta kampus Ankara kemarin."

Wildan menutup telepon satu pihak. Kali ini rahang pria itu menegang sampai memukul kemudi mobil. Sialan.. Setelah menunjukkan diri pada adiknya, Ray juga berani menemui Kakek? Bagaimana bisa dia tidak tahu itu?


***

Anna pergi ke kantor All Book untuk mengunggah file wawancara ke komputernya. Sekaligus dia melaksanakan Salat Zuhur di sana.

Melipat sajadah usai salat, tiba-tiba terdengar suara pintu ruangannya diketuk dari luar. Anna tersenyum. Akhirnya tamu yang dia tunggu-tunggu datang juga.

Muncul seorang wanita cantik, dia mengangkat satu buah plastik makanan. "Hello.. Ayzaa di sini." Mereka tertawa lalu saling bersalaman dan berpelukan sekilas.

"Maaf, persimpangan jalan di dekat sini sempat macet. Aku tidak bermaksud datang terlambat."

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang