Bagian 31 (Otuz Bir)

133 47 7
                                    

"Friendship is the highest awards in the world— Persahabatan adalah penghargaan tertinggi di dunia.”
________

"Apa yang akan kau lakukan dengan senapan itu?"

Saat sore sudah datang, Anna berpatut di dapur merebus air hangat. Di sana, tak jauh darinya terdapat jendela mengarah pada belakang rumah yang langsung memperlihatkan pesona hutan dan pepohonan hijau. Sejak tadi dia menikmati suara dan udara segar air terjun sambil menyibukkan diri memasak bahan-bahan yang seadanya tersedia.

Baru saja pengamatannya teralih karena melihat Ray keluar membawa benda panjang yang ia tahu adalah senapan. Pria itu hendak menaiki bebatuan menuju hutan bagian atas.

"Kita perlu persediaan makan malam." Jawabnya.

"Kau ingin berburu?" Anna terbelalak. Mematikan api kompor lalu keluar dari pintu belakang. Ray diam. Itu tandanya 'iya'. Dia terus melangkah pergi tanpa tahu Anna berlari mengikutinya.

Setelah menyamakan langkah cepat Ray, Anna mengembuskan napasnya yang terengah. "Kenapa kau selalu tidak menawarkanku ikut denganmu? Menyebalkan tahu?" Ujar Anna kesal. Tadi pagi Ray bahkan tidak membiarkannya membantu mencari kayu bakar.

"Wanita sepertimu tidak terlihat seperti penyuka hutan." Jawab Ray tanpa menoleh, dia masih fokus memerhatikan sekeliling. Mencari hewan yang bisa diburu.

"Hei, jangan lupa di Izmir juga punya bukit. Yeah meski tidak seperti ini sih."
"Perbukitan Izmir sudah di-rekrontruksi menjadi wisata umum." Timpal Ray seakan sudah tahu lama. "Medannya tidak se-ekstrim di sini."

Sambil terus melangkah, dia menoleh, memerhatikan wajah pria itu dari samping. Actually, hutan memang sangat cocok untuk tampang Ray yang seperti ini. Rambut sedikit gondrong menutupi pelipis dan tengkuk. Kulit wajah yang kecoklatan. Anna dapat melihat lengan dan bahunya yang semakin terlihat berotot dari yang pernah ia ingat. Apa olah raganya selama ini adalah naik bukit dan masuk hutan?

"Kenapa kau tertawa?" Tanya Ray sekilas mendengar kekehannya.

"Tidak ada alasan. Ini memang pertama kalinya aku merasakan suasana hutan asli." Ungkapnya jujur dengan mata yang sudah beralih ke arah lain. "Tapi aku suka tempat ini."

Ray berhenti, dia menoleh ke belakang karena menyadari Anna tertinggal agak jauh darinya. Tempat mereka berburu memang sedikit perlu mendaki karena berada di atas wilayah air terjun.

Anna menunduk memerhatikan langkahnya yang susah payah. Ah sial, seharusnya dia memakai sepatu boots dan celana saja. Jika tahu medannya seperti ini.

"Sudah kubilang hutan tidak cocok untuk wanita sepertimu."

Suara berat Ray mengalihkan pAndangannya. Dia terkejut karena pria itu berdiri menunggunya. Bahkan satu tangannya terulur, menawarkan bantuan.
Meski canggung, Anna tersenyum kecil. Menerima tangan Ray dan pria itu langsung menggenggam tangannya kuat. Dan Ajaib! Tangan hangat itu seakan dengan mudah membawanya lebih cepat dan ringan saat melangkah. Dia tersenyum tipis, melihat dari belakang sosok pria menyebalkan tapi selalu berhasil mengubah suasana hatinya.

Astaga Anna.. kenapa kau semudah ini salah tingkah hanya karena dia menggenggam tanganmu?

"Apa kau mendengarku?" Alis Ray terangkat.

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang