Bagian 4 (Dört)

245 105 8
                                    

"Someone never knows what one is going to do. One starts a painting and then it becomes something else." - Pablo Picasso
_______

Sepulangnya dari Seyhan, Anna sempat mengingat momen pembelajaran di kelas Seni Rupa yang ia ikuti beberapa bulan lalu.

Bukan apa-apa, dia memang tipikal mahasiswi hiperaktif. Bagaimana tidak? Anna bahkan masih sempat mencuri-curi perkuliahan kelas lain di tengah kesibukannya mengurus komunitas maupun tugas akhir.

Sering kali saat bosan atau butuh hiburan, dia mampir ke kelas yang basic-nya sama sekali bukan dirinya, seperti kelas ilmu budaya, sosiologi, dan belum lama ini ia masuk kelas Seni rupa. Dan memang, usaha tidak pernah menghianati hasil, dia tetap percaya dengan prinsip; Talent without Studying is Nothing.

Belajar bukan milik orang-orang pemilik bakat saja. Bahkan ketika seseorang tidak memiliki talent sekalipun, selama mau belajar dan terus berusaha, seseorang bisa mendapatkan segalanya. Dia akan mengetahui apapun yang ingin dia tahu.

Saat mendengarkan presentasi mahasiswa kala itu, Anna menyimak jurnal yang mereka baca di depan kelas. Mengenai seniman-seniman terkenal dunia beserta karya fenomenal-nya; Girl with a Pearl Earring Karya Johannes Vermeer, The Persistence Of Memory Karya Salvador Dali, Guernica Karya Pablo Picasso, Mona Lisa Karya Leonardo da Vinci, dan The Starry Night Karya Vincent van Gogh.

Anna sempat terpaku dengan seniman terakhir yang mereka sebutkan, ya, Vincent van Gogh.

Dulu, Kakaknya Wildan sesekali mengajaknya menonton movie serial jepang 'Conan Detektif' berjudul 'sunflowers'. Di sanalah pertama kali Anna tahu jika selain The Starry Night, Vincent van Gogh juga melukis Sunflowers- bunga matahari. Lukisan yang sangat fenomenal hingga film-nya saja sampai masuk ke dalam best movie dan mencapai rating 8.0 penonton di seluruh dunia. Hingga saat ini, lukisan itu berada di museum Amsterdam, Belanda.

Yang menarik baginya tak hanya karena jalan cerita dalam film yang mengangkat tokoh seniman besar, tapi juga karena dia sangat suka dengan bunga matahari. Anna ingat betapa seru-nya menonton saat itu. Wildan sampai tidak mau mandi seharian karena tidak ingin terlewat satu scane pun. Dasar laki-laki wibu..

Anna menghela napas lagi. Mengingat hasil suka relanya sore ini nihil. Pelukis Malam belum cukup menarik untuk ia dokumentasikan.

Jika bicara tentang hasil objektif dan estetika lukisannya, tentu tak perlu diragukan. Andai percakapan absurd dengan si pelukis tadi tidak terngiang-ngiang di kepalanya, dia sangat ingin mengakui kehebatan pria itu dalam melakukan teknik menatap 5 detik untuk sebuah karya paripurna. That is incredible talent i ever seen.

Tapi..

Ah sudahlah.

Dia harus cari pelukis lain. Di Turkiye masih banyak, kan?

Karena dia kesal tadi, lukisannya ia berikan pada Ayzaa dengan dalih "Karena ini akal-akalanmu, kuberikan gambarku untukmu saja. Aku malas menyimpannya." Dan wanita itu terpaksa menerima sambil cengar-cengir tanpa dosa. Setelah itu mereka berpisah.

Baru saja Anna mengirim pesan pada Wildan karena harus pulang terlambat karena malam ini wanita itu hendak bertemu seseorang. Lebih tepatnya.. Terpaksa.. Menemui.

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang