Bagian 37 (Otuz Yedi)

235 46 8
                                    

"Ketika cinta dan keterampilan bekerja bersama, harapkan sebuah mahakarya."
__________

Usai 2 jam, makan malam dua keluarga akhirnya berakhir. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Apalagi saat ia mendengar jika malam ini Baba dan Wildan harus pulang ke Izmir

Awalnya, Anna meminta mereka untuk tetap tinggal. Rasanya sangat belum cukup jika bertemu semalam saja. Keluarga Ray bahkan sudah menyetujui jika mereka berdua menginap beberapa hari. Namun, jawaban ayahnya masih sama.

"Ini adalah rumahmu, Anna. Kami harus melepasmu untuk menempuh hidupmu yang baru.  Tenang saja, jika kamu butuh Baba atau Kakakmu, kami akan selalu ada." Di teras Mansion, Anna berdiri. Berhadapan dengan sang Ayah yang akan segera pergi. Wildan sudah berada di mobil, menunggu.

"Baba, maafkan aku.." Jeda Anna sejenak. Mengatakan sesuatu yang terpendam sejak awal. "Maaf karena aku, Baba dan Anne berpisah—"

"Tidak nak.. Kamu tidak perlu memikirkannya. Ibumu baik-baik saja. Vaya sudah berjanji menjaganya untuk kita semua." Anna terdiam lagi. Mengembuskan napas pelan.

"Maafkan Baba.. Baba menyesal karena sejak dulu gagal menjaga keluarga kita. Baba menyesal karena terlalu lama menyiksa ibumu dalam rumah tangga yang sudah lama berantakan. Hingga akhirnya kamu dan Kakak-kakakmu tersakiti.”

“Jadi sekarang.. Anna.. Mengertilah.. Tidak ada yang salah dalam perpisahan. Tidak ada yang salah dalam ketidaksempurnaan." Tutur Baba lagi. Sirat perkataannya semakin dalam. "Tapi untukmu.., Keluarga kita harap kamu mendapat kebahagiaan di mana pun kamu berada. Demi cinta kakek padamu, maka berbahagialah, Nak. Ray sudah berjanji akan menjagamu dan kita semua percaya padanya."

Anna mematung di tempat. Mendengar semua itu sukses membuat matanya berkaca-kaca.

Tiba-tiba pipinya dicubit, hingga Anna mengaduh. Lamunannya buyar. "Sudahlah. Cepat masuk ke dalam. Kamu belum istirahat cukup hari ini."

"Aku akan segera mengunjungi Baba. Secepatnya." Anna berusaha meyakinkan. Entah sudah ke berapa kali dia mengatakan itu malam ini. Meski respon ayahnya malah tertawa lepas.

"Baiklah, Princess. Jangan lupa kalau Ray adalah suamimu sekarang. Kamu perlu izin darinya."

Setelah berpamitan dan membunyikan klakson, mobil Wildan mulai meninggalkan pekarangan rumah. Anna berbalik dan melangkah menuju kedua mertuanya yang sejak tadi juga turut menyaksikan kepulangan keluarganya.

Saat sudah sampai di depan Umma, lagi-lagi Anna dipeluk erat. Dia sempat mendengar pujian beserta ucapan syukur dari mertuanya itu di telinganya. Baba Ali tertawa renyah. Menangkap makna dari raut wajah Ray. "Umma sayang, berhentilah.. Putramu sudah cemburu sejak tadi nih."

Semua orang tertawa. Begitupun Anna. Rasanya menyenangkan bisa mendengar Bahasa Indonesia lagi. Dia hampir lupa jika keluarga Ray selalu menggunakan bahasa tanah air mereka jika di dalam rumah. Ada rasa haru sekaligus sedikit bangga, karena ia cukup mengerti. Bahkan sekarang menjadi bagian dari mereka.

"Oh ya, maafkan Umma, nak. Orang tua ini terlalu terbawa suasana." Tutur Umma dengan senyum sungkan. Mengusap ujung matanya yang berair.

"Sudah, sudah. Acara menangisnya sudah selesai. Biarkan mereka istirahat." Baba Ali meraih tangan istrinya, lalu menuntun masuk. Ray dan Anna sama-sama melihat itu dengan senyum tipis. Dia sendiri bahkan bisa melihat sekilas mertuanya itu sempat tertawa bersama sebelum benar-benar hilang dari pandangan.

Suasana hening beberapa saat.
"Apa keluargamu selalu seperti ini?" Anna memulai pembicaraan. Membuat Ray menoleh, memandangnya lama.

"Aku belum pernah melihat yang seperti ini. Mereka sangat manis dan menyenangkan. Sekali-sekali kau harus mendaftarkan mereka di ajang kompetisi Best Couple Ankara. Aku yakin tidak akan ada yang bisa mengalahkan orang tuamu, Ray." Anna mengatakannya secara panjang lebar. Lalu beralih menatap Ray yang kini menyunggingkan senyum tipis khasnya.

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang