Bagian 32 (Otuz iki)

158 45 8
                                    

"Definision of fate."
________

Kewartawanan dapat dikatakan sebagai "coretan pertama dalam sejarah".

Aktivitas kewartawanan tentu tak luput dari pelaku di dunia tersebut. Mereka sering disebut sebagai pewarta, wartawan, atau jurnalis.

Seorang wartawan atau jurnalis sering kali menjadi saksi dalam setiap peristiwa yang memiliki nilai-nilai berita. Pada umumnya mereka bekerja pada sebuah industri yang disebut media. Secara makna, media mengandung arti sebagai wadah penyalur antara pihak pertama dan ketiga.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, media berarti jembatan antara pemerintah dan rakyatnya. Oleh sebab itu, setiap pelaku media harus memiliki independensi serta memihak hanya pada kebenaran, tentu harus berdasar fakta.

Adapun aktivitas utama dalam dunia kewartawanan, khususnya bagi setiap jurnalis adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada publik. Secara lebih sederhana, pewarta dapat juga dikatakan sebagai orang yang melaporkan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain, mereka berpegang pada berita yang berdasarkan konsep 5W+1H.

Namun di kondisi saat ini, dunia kewartawanan semakin kompleks karena setiap pelaku media bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat. Mereka umumnya tergabung dalam sejumlah media, antara lain: koran, televisi, radio, majalah dan digital media yang tengah dikembangkan baru-baru ini.

Jurnalisme memiliki tugas yaitu: menyampaikan kebenaran, memiliki loyalitas kepada masyarakat, memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, memiliki kemampuan untuk memantau kekuasaan, menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik, menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik, membuat berita secara komprehesif dan proporsional, memberi keleluasaan masyarakat untuk mengikuti nurani mereka.

Pemahaman kedua, tentang Media kolaborasi dan partisipasi rakyat—

Anna menghela napas, mengusaikan bacaannya. Itu adalah tulisannya beberapa tahun lalu di home blog-nya. Dia berusaha kembali online dan membuka halaman lama dengan handphone yang masih Ray pinjamkan padanya. Setelah berbincang panjang dengan Ayzaa semalam, dia mulai ingin menata kembali semua hal yang berantakan. Terutama All Book yang entah bagaimana nasibnya sekarang sepeninggal dirinya.

Karena tidak ingin berlama-lama larut dengan penyesalan. Anna mengetik nomor yang kebetulan sudah ia hafal. Tak lama kemudian muncul wajah di layar. Dia menggunakan jas kampus dan jilbab putih tulang yang rapi. Khas seorang pengajar.

"Halo, Salma?" Anna menyapa.

"Hai Anna! Akhirnya kamu menghubungiku. Jadi kau sudah punya Hp?"

"Tidak.. Aku pinjam." Jawab Anna singkat.

"Oh ya? Memang Nenek Nay punya Hp?"

"Tidak, aku pakai Hp milik— " Suaranya terhenti karena ia melihat Ray datang, duduk tak jauh darinya yang sejak tadi berada di ayunan pohon. Mereka memang sedang bersantai di belakang rumah, menikmati hari cerah dan sejuk.

Tadinya ia hendak mengenalkan Ray sebagai suaminya dan menjelaskan pernikahan yang sedang dia jalani. Tapi sepertinya, akan lebih baik jika Salma tidak tahu. "Hp.. Teman." Jawab Anna cepat sambil berdehem.

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang