“People will to find a meaning in everything and everyone."
________Kedua mata Anna mengerjap. Aroma obat-obatan, detik jam dinding dan suara monitor— khas perabot rumah sakit— menguar ke seluruh indera di tubuhnya. Rasa aneh pertama yang ia rasakan adalah tangan kirinya berat untuk digerakkan.
Dia.. masih hidup?
Anna hampir saja bangkit duduk namun ia terbaring lagi. Kepalanya sakit bukan main.
"Hei Anna! Jangan paksakan dirimu!" Wildan muncul dari sofa tak jauh dari ranjangnya. Pria itu menggunakan kaus, tampilan wajah beserta rambut ikalnya acak-acakan.
"Ini di mana?" Tanya Anna sambil menyentuh lengannya yang diberi gips.
"Kita di RS. Vaidam Health Ankara, dokter bilang kau terlalu kelelahan, terjatuh lalu pingsan."
Anna diam. Berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi.
"Kau harus makan dulu, aku sudah membelikanmu bubur." Wildan menaikkan sedikit kepala ranjang Anna agar dia mudah untuk makan. Keningnya mengernyit saat memerhatikan Wildan yang tumben terlihat penyayang.
"Siapa yang membawaku ke rumah sakit?"
"Entahlah."
Anna berusaha memutar ingatan. Benarkah Frans yang menolongnya semalam?
"Kenapa kau bisa di Ankara?" Tanya Wildan. Sekilas Anna dapat menemukan semburat amarah di balik pertanyaan Kakaknya ini. Sejujurnya, Wildan maupun Baba-nya sering mengingatkan larangan bertemu pria di malam hari apapun itu alasannya. Entah itu tetangga, teman kampus, atau tim komunitasnya. Semoga pria ini tidak tahu kejadian mengerikan tadi malam yang nyaris menimpanya. Atau jika tidak, bisa-bisa ia akan dikurung di kamar berhari-hari.
Kini dia mengerti sebabnya kelelahan. Tak hanya abai soal makan, dia juga abai mengenai larangan keluarganya sendiri.
"Sudah kukatakan padamu berulang kali, Anna.." Wildan menatapnya dingin. "Jangan menemui sembarang pria. Kau tak tahu apa yang bisa mereka lakukan padamu."
"Dia pria kenalanku. Dan yeah, kau tahu aku terlalu berani menemuinya malam-malam."
"Bagaimana bisa kau mengenalnya?" Tanya Wildan.
"Siapa?"
"Pria yang membawamu kemari."
"Kau bertemu dengannya?"
"Just answer my question.." Pinta Wildan lebih serius.
"Maksudmu, Frans? Bukankah kau tahu jika dia teman kelasku?"
"Frans?" Dahi Wildan mengerut, berusaha mengingat-ingat. "Pria Spanyol aneh yang selalu datang ke rumah membawa bunga untukmu itu?"
Anna diam saja kali ini. Sedangkan Wildan yang baru saja menyadari ketidak-sinkronan subjek mereka kini hanya diam.
Pria yang menghubunginya pagi tadi bukan teman kampus ataupun Frans yang adiknya maksud, tapi seorang pria.. yang seharusnya tidak boleh Anna kenali. Satu-satunya pria yang tidak boleh bertemu Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA KEYLA
Romance| SUDAH DITERBITKAN! | Bagi wanita sepertiku- Mahasiswa semester akhir yang berkeseharian menulis sebagai Passion dan Hoby, aku dituntut berpikir kritis dan memiliki logika matang. Oleh karenanya, jatuh cinta adalah satu-satunya perkara gila yang ta...