"You are like a beautiful dusk, but faster to gone."
_______Jalanan tampak ramai lancar saat Anna mengayuh sepeda. Menikmati perjalanan 6 kilometer sembari memutar playlist lagu one direction melalui earphone. sejak awal berangkat hingga hampir sampai ke tempat tujuan, entah sudah berapa lagu yang dia putar.
Sejak sore, dia memutuskan pergi ke tempat yang Ayzaa singgung melalui telepon. Dia bilang si Pelukis Malam akan mengisi pertunjukkan di sana.
Anna terus mengayuh, melewati bangunan demi bangunan kecil, besar, maupun tinggi. Mendahului kendaraan demi kendaraan lancar maupun macet. Melewati jalan- jalan pintas yang ada.
Sejujurnya, dia sendiri tidak mengerti mengapa ia se-bersemangat itu ingin melihat aksi melukis Ray. Ketertarikan Anna kali ini memang berbeda dari biasanya. Rasa ingin tahunya mampu mengalahkan sumbu-sumbu malas dan tidak peduli yang biasanya dia lakukan pada pria-pria lainnya.
Sesampai lokasi, Anna melihat keramaian yang tak jauh dari tepi pagar sungai. Dia seperti merasakan dejavu, mengingat pertemuan pertama mereka di sungai Seyhan. Jujur saja dia sedikit ragu untuk menyapa pria itu, bagaimana jika dia bersikap dingin? Lagi?
Sore ini Anna memakai outer hangat sederhana dan rok katun lebar. Dan untuk tambahan, sebelum turun tadi, dia sempat memakai Floppy Hats-nya agar bisa berbaur tanpa dikenali karena topi gaya lebar itu bisa menutupi mata dan wajahnya sewaktu-waktu. Anna tidak ingin Ray tahu dia datang ke sini.
Seperti rencana awal, Anna hanya ingin melihat-lihat. Dia sama sekali tidak berniat menyapa atau mengajak Ray berbincang. Wanita itu hanya ikut masuk dalam kerumunan penonton yang mayoritas pemuda-pemudi kota itu.
Musim gugur memanglah musim yang tepat untuk pertunjukan seni di wilayah-wilayah tertentu Turkiye. Tak hanya suhu dan cuaca yang mendukung, tapi juga karena orang-orang memilih kesempatan musim ini untuk hangout atau sekadar beraktivitas bersama keluarga di luar rumah.
Suara-suara tepuk tangan membahana lagi. Seorang ibu dan anaknya berhasil dilukis dengan waktu tatapan tak lebih dari 5 detik. Riuh antusias menelan suara jepretan kamera dan handphone pemudi-pemudi yang terlihat begitu mengidolakan pelukis itu. Sedangkan pria itu hanya memasang wajah seperti biasa. Minim ekspresi.
Anna memasukkan kedua tangan ke saku. Menghirup napas dalam-dalam. Matanya belum beralih pada pemandangan sekeliling sungai yang berpendar-pendar terkena matahari. Perpaduan siluet Ray dengan warna jingga sangat menarik perhatiannya.
Sampai-sampai tak terasa di menit terakhir, hasil lukisan paripurnanya sukses membuat penonton semakin ramai. Ibu dan anaknya tersenyum ramah sambil membicarakan sesuatu pada Ray yang entah apa. Anna tidak bisa mendengar karena jarak jauh dari posisinya berdiri. Dia menebak, mungkin tentang upah atau mungkin sekadar ingin tanda tangan seperti biasa.
Lalu setelah selesai satu, datang lagi seorang wanita muda yang terlihat malu-malu gugup saat duduk 5 meter menghadap Ray. Dalam hati Anna tertawa miris, sepertinya tak hanya dia yang merasakan gugup ditatap lekat seperti itu, walau hanya 5 detik.
Mentari senja semakin terlihat di ufuk barat, semilir angin terasa menyengat sekujur tubuh Anna saat dia melihat cahaya menerpa pria itu secara sopan dan menawan. Wanita itu merasa dirinya telah terbalut lebih rapat dengan belenggu sihir dan juga kekaguman. Sepertinya mulai hari ini, warna jingga akan semakin menguasai hatinya lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA KEYLA
Romance| SUDAH DITERBITKAN! | Bagi wanita sepertiku- Mahasiswa semester akhir yang berkeseharian menulis sebagai Passion dan Hoby, aku dituntut berpikir kritis dan memiliki logika matang. Oleh karenanya, jatuh cinta adalah satu-satunya perkara gila yang ta...