“Art is the lie that enables us to realize the truth."
________"Selamat malam, Tuan Ray."
Ray mengangguk setelah kaca mobil diturunkan oleh sopir pribadi yang baru saja menjemputnya. "Keluarlah, aku yang akan menyetir." Pintanya
Treve menurut. Baginya setiap perkataan tuan mudanya adalah perintah. Meski dalam hati dia sungkan karena membiarkan Ray menyetir alih-alih dirinya yang memiliki kewajiban.
"Apa ibu yang memintamu ke sini?" Tanyanya sembari menyalakan mesin, lalu memutari wilayah itu menuju jalan besar. Tidak biasanya Treve menjemputnya malam- malam begini. Jam kerja supir pribadi di keluarga mereka hanya setengah hari.
"Benar, Sir. Kebetulan saya sedang di Izmir mengantar istri dan anak-anak saya. Nyonya tadi menelepon, jika bisa, Anda diminta ikut sekalian."
"Di mana keluargamu sekarang?"
"Sudah di rumah orang tua saya."
Ray mengangguk sekilas."Oh ya, Nyonya berpesan nanti jangan lupa langsung makan jika sudah sampai rumah. Dia sudah memasak makanan kesukaan Anda." Ray tersenyum tipis. Mengangguk lagi. Dia memang tidak membawa ponselnya.
"Bagaimana dengan acara melukis Anda hari ini, Sir?"
"Lancar. Seperti biasa."
"Ada berapa banyak pengunjung hari ini?"
"Mungkin sekitar belasan orang. Entahlah, aku tidak sempat menghitungnya."
"Itu cukup untuk menemani suasana Anda hari ini." Treve dengan ramah mengangguk. "Tapi jujur saja, ini pertama kali saya melihat Anda di kota ini. Biasanya Anda selalu menolak undangan apapun jika tempatnya di Izmir."
Beberapa saat pria itu terdiam.
"Bukankah Izmir indah, Sir? Di sini banyak tempat-tempat menarik yang jarang kita temukan di Ankara. Kudengar juga, gadis-gadis Izmir itu memiliki pesona kecantikan tersendiri. Apa Anda tidak ingin mencari salah satunya?"
"Aku tidak tertarik, Treve. Atau mungkin belum.." Jawab Ray singkat seperti biasa.
Kedua alis Treve mengerut, sedikit terkejut karena ini pertama kali seumur hidup, tuan mudanya berkata 'belum' saat dia menggodanya tentang wanita. Apa itu artinya tak lama lagi Ray akan tertarik?Usai membuka kaca jendela, pria itu mengusap rambutnya, membiarkannya terkena embusan angin. Lampu-lampu berpendar menerangi tiang-tiang jalan. Sontak ekor matanya melihat pepohonan musim gugur dari kejauhan yang terlihat gelap karena malam. Seakan menyuruhnya dengan halus, untuk segera meninggalkan kota ini.
Apa yang dia katakan benar, Izmir— adalah kota yang sejak dulu tidak ingin Ray singgung.
Ray tidak akan mengunjungi tempat ini kecuali karena hal-hal mendesak yang tidak bisa ditolak, atau perintah yang mengharuskannya tidak berkata 'tidak'. Perihal titah Master Hazar, misalnya. Alasan terkuatnya ke Izmir hari ini.
Master Hazar memintanya mengisi pertunjukkan, sebab orang itu masih berada di New York untuk waktu yang terhitung cukup lama. Tentu saja, Ray bukan tipe pria yang menolak permintaan karena urusan pribadi yang sifatnya sepele. Se-sepele urusannya dengan Izmir beserta kisah masa lalu di baliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA KEYLA
Romance| SUDAH DITERBITKAN! | Bagi wanita sepertiku- Mahasiswa semester akhir yang berkeseharian menulis sebagai Passion dan Hoby, aku dituntut berpikir kritis dan memiliki logika matang. Oleh karenanya, jatuh cinta adalah satu-satunya perkara gila yang ta...