Bagian 30 (Otuz)

134 42 8
                                    

“The meaning of life is to find your gift, the purpose of life is to give it away— Makna hidup adalah menemukan hadiahmu, tujuan hidup adalah untuk memberikannya.” –Pablo Picasso
_________

Di suatu malam. Beberapa bulan lalu..

Sebuah ruang tamu bernuansa megah. Menggantung berbagai lukisan di sana, di tembok-tembok ruangan itu.

Di ruang tamu itulah, keluarga Osman dan keluarga Ali saling berhadapan. Setiap dari mereka duduk di sofa bukan untuk berunding, atau membahas di mana nanti pernikahan akan dirayakan. Kali ini lebih dari itu. Sungguh lebih serius dari itu.

Malam itulah, akad nikah Ray & Anna berlangsung. Pernikahan yang mungkin belum pernah terjadi di distrik Turkiye manapun.

Tertutup. Tanpa pers. Tanpa teman-teman dan kerabat. Tidak ada satupun foto bersama.

Mereka sudah terlalu kalut untuk sebuah tawa ataupun perayaan. Kepergiaan Kakek Osman dan hilangnya Anna seakan membuat mereka tidak lagi bisa berpikir jernih. Jika bisa, sangat mudah Ray menghancurkan mereka detik itu juga.

Tapi tidak. Semua masalah sudah berakhir. Dan Ray mengakhiri semua itu dengan tangannya sendiri, dengan genggaman tangan perjanjian atas nama Anna Keyla.

Ray dapat melihat Baba & Anne tiga anak itu sedang bermuka sembab, kedua matanya terlihat lelah sekaligus penuh harapan yang nyata. Lalu ada Vaya, yang berwajah tidak jauh berbeda untuk seorang Kakak tertua yang memiliki kekuatan sekaligus rasa tanggung jawab, ia melakukan apapun demi adiknya. Hanya Wildan, satu-satunya yang masih terlihat begitu ingin mengibarkan bendera perang dengannya. Tatapannya mengintimidasi. Seakan mengumpat 'Sialan Kau, Ray!' Setelah akad itu selesai.

Tidak hanya dia seorang, Abi bersamanya, sejak berjam-jam lalu sebagai tuan rumah sekaligus saksi. Mahar yang dia berikan 80% dari pendapatannya melukis selama kurun waktu 10 tahun. Surat menyurat penghulu sudah di tangan Abi karena kebetulan beliau memiliki koneksi dekat dengan dinas. Tidak sulit mengurus pernikahan dalam waktu kurang dari 24 jam.

Namun kali ini, Umma tidak hadir, atau lebih tepatnya belum bisa keluar dari kamar adiknya. Umma masih ingin menemani gadis seperti mayat hidup itu, yang telah memasrahkan segalanya. Dia percaya pada Abi Ali dan Kakak laki-lakinya.

"Asal tujuanmu menikahi Anna bukan untuk menyakitinya, aku mengizinkanmu Kak. Tolong bawa dia kembali. Aku ingin meminta maaf secara langsung padanya." Demikian jawaban Ayzaa saat mendengar keputusan pernikahan itu.

Ray tahu Umma juga menangis malam ini, bersama Ayzaa, antara bersyukur akhirnya dia menikah, sekaligus iba karena mereka harus menikah dengan cara ini.

Anna harus pulang. Dia harus ditemukan. Dan semua orang tahu hanya Ray yang bisa membawanya kembali.

Vaya sempat bercerita satu hal; "Kau tahu? Anna adalah adikku yang paling sulit dikendalikan. Dia cerdas dan pemberani. Tapi karena dua sifatnya inilah yang merepotkan kami, kegigihannya mendapat sesuatu tidak pernah main-main."

"Dulu, sebagai anak bungsu, Anna telah digadang-gadang akan mendapatkan segalanya. Dan benar, sekarang dia mendapat semua hal yang bahkan tidak dia inginkan. Setiap hari, Kakek selalu memanjakannya, mengajarinya berbagai keahlian. Aku sebagai Abla, hanya bisa memberinya semua kesempatan yang dulu tidak aku miliki, karena itu peranku. Dan juga permintaan Kakek yang adil."

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang