EXTRA CHAPTER

269 37 15
                                    

Ray's point of view

Selama hampir dua puluh lima tahun bertemu makhluk bernama manusia, tidak ada yang lebih membuatku berada di dalam ketidak-jelasan selain dengan yang satu ini.

Dia meminta bertemu di sebuah kafe. Memesan dua cangkir kopi yang bahkan dia sendiri tidak meminumnya. Mungkin pramusaji sempat terheran karena kami wujud dua pria aneh yang saling berhadapan namun tidak juga saling berbicara.

"Apa kau akan terus diam seperti itu? kalau iya, maaf aku harus kembali. Anna menungguku." Setelah sekian lama akhirnya kalimat itu keluar. Sengaja kuucapkan dengan penekanan, terutama di bagian nama adiknya.

"Sial, bisakah kau sabar?!" Dia mulai terusik. Padahal seharusnya aku yang mengumpatnya.

"Kau diam saja selama 15 menit 27 detik, Mr. Syam. Jangan membuatku menyebutmu penyita waktuku."

"Aku sedang menata perkataanku, sialan.." Wildan mulai menyalakan satu batang rokok. Entah sudah berapa umpatan yang keluar darinya sejak dia duduk.

Hela napasku keluar. Menunggunya selama hampir memasuki menit ke 20. Saat atsmosfer 'gak jelas' itu semakin menjadi-jadi, aku hendak berdiri ingin meninggalkannya, namun sebelum itu terjadi, dia mulai bersuara.

"Bagaimana.. kabar kalian? Apa semua.. baik-baik saja?"

Aku hanya terkekeh tipis, ternyata makhluk ini membutuhkan waktu selama itu hanya untuk bertanya kabar.

"Jawab pertanyaanku, sial!"

"Aku bahkan masih mendiamkanmu selama 5 detik. Tapi kau sudah terpancing emosi."

"Ah, kau berbakat memanipulasi balas dendam ternyata." Wildan meyesap rokoknya. Membuatku menaikkan satu alis. Tersenyum miring.

"Anna baik-baik saja bersamaku. Kau bahkan sudah melihatnya sendiri." Kami bersamaan menoleh ke kanan dan kiri kami. Di sana Anna sedang tertidur di bangku depan mobil. Wildan memang menemuiku sesaat setelah aku membawa Anna keluar. Sebelumnya wanita itu sempat khawatir dan berpesan tegas seraya mengawasi kami dari sana agar tidak bertengkar. Tapi sepertinya dia kelelahan dan memutuskan tidur.

Mengamatinya dari jarak jauh, adalah rutinitas yang sepertinya mulai aku gemari. Entah saat dia memasak bersama Umma, saat makan malam, saat dia melambaikan tangan kepadaku setiap usai kuantar ke kantor. Tapi ternyata, rutinitas itu semakin menyenangkan setiap aku bisa mengamatinya dari jarak dekat. Apalagi sensasi bertatapan dengan kedua bola matanya itu bisa memicu adrenalin dan hasrat yang sebelumnya tidak pernah ada.

"Kau sudah terlihat mencintainya."

Suara Wildan membuatku menoleh, ternyata dia sudah kembali mengamatiku.

"Saat malam akad, aku hanya melihatmu sebagai bajingan gila yang hanya menginginkannya kembali."

"Kau tahu perbedaannya?"

"Aku tidak tahu perbedaan ingin dan cinta itu apa, tapi setidaknya aku yakin sekarang jika kau bukan lagi seorang bajingan yang akan menyakitinya."

Aku terkekeh kecil. Mengetuk meja sembari menerka-nerka apa yang akan dia katakan lagi.

"Malam itu.. aku sempat meragukan janjimu pada Baba." Wildan menyesap rokoknya lagi. "Kau berkata akan membahagiakannya meski itu di luar kemampuanmu."

"Kupikir juga begitu." Raut wajah Wildan berubah. Dia menelisik gerak-gerikku yang kini melipat kedua tangan di depan dada. "Dulu aku berpikir janji untuk membuatnya bahagia adalah kewajiban yang akan menyita banyak tenaga."

"Kau bodoh jika berpikir begitu."

"Ya." Aku tertawa miring. "Aku memang bodoh. Bahkan kau tahu? Aku tidak punya alasan lagi untuk membencinya."

"Kau bisa? Meski dia anak dari musuhmu?"

"Karena kau belum menikah, aku tidak bisa menjelaskannya. "

"Sialan!" Wildan nyaris melempar putung rokoknya. Tapi sebelum itu, aku sudah berdiri dan memakai topiku.

"Kebahagiaan berputar padaku dan Anna. Jangan terkejut jika aku memberinya segalanya." Raut wajah mematung Wildan tampak, membuatku merasa déjà vu dengan semua hal ini. Dulu, kami pernah dalam posisi ini, namun dengan tokoh masalah dan cerita yang berbeda. Aku tidak akan menjelaskannya pada Anna atau siapapun, karena itu hanya masa lalu yang rasanya tak perlu kubicarakan lagi.

"Ah ya, aku ingin memberitahumu, sepertinya tidak lama lagi kau harus menyiapkan hadiah."

Wildan mendongak, melihatku yang berdiri hendak menarik pintu keluar. "Hadiah apa?" Tanyanya agak ketus.

"Anna hamil. Kau akan segera menjadi Dayi ."

(Dayi; Paman)

Aku tersenyum saat berjalan keluar setelah sempat mendengar umpatan terakhirnya. Mungkin ini pertama kali aku tidak merasa tidak senang bertemu Wildan. Rasa bersalah yang mungkin sempat ada di masa lalu atau pun saat ini, tertinggal di hadapannya. Bersamaan dengan langkahku menuju mobil, lagi-lagi aku merasakan hal baru. Entah itu kebebasan atau sebuah secarik syukur telah utuh menjadikan Anna wanita yang kuterima sepenuh hati.

Saat sudah membawa mobil keluar parkir, aku menghentikan laju sejenak karena melihat Anna tertidur belum memakai selt belt. Setelah mengecilkan suhu AC, aku memakaikan jaketku pada Anna yang tidak terusik sampai aku menarik dan memakaikannya sabuk. Sudah kubilang, aku sulit mengabaikan kesempatan yang ada untuk tidak menatap wajah cantiknya. Dia benar-benar menggemaskan saat tidur apalagi ketika bibirnya terbuka sedikit.

"Kok sudah selesai? Wildannya mana?" Tanya Anna sembari mengusap matanya. Dia sedikit terkejut karena menemukan wajahku yang sedang berada di depan wajahnya. Dekat sekali.

"Aku merindukanmu."

Sedetik sebelum aku mendapatkan bibirnya lagi, Anna menoyor pipiku dengan jari telunjuknya.

"Nanti saja kalau sudah di rumah. Kita sedang di pinggir jalan." Katanya sambil melirik keramaian jalanan. Aku tertawa gemas. Aku suka wanitaku ini, malu-malu tapi mau. Pipi meronanya tidak bisa berbohong.

Dia menunduk untuk mengambil bunga mataharinya yang sepertinya terjatuh tadi. Perpaduan antara Anna dan bunga matahari memanglah unik. Aku tidak ingat pernah menyukai warna terang itu, tapi aroma bunga itu, warna jingga senja, dan sosok paripurna Anna adalah maha karya Tuhan yang tidak bisa kujabarkan keindahannya.

Selama aku memikirkannya, aku sadar jika tidak ada yang lebih artistik di dunia ini selain mencintai seseorang.

THE END

Alhamdulillah.. Akhirnya..

Yuk komennya apanih buat extra chapter :)

Ah ya, jangan lupa follow instagram @annadzofah untuk info lebih lanjutnya ^^

Kalian juga bisa DM di sana kesan kalian setelah baca Anna Keyla, InsyaAllah nanti bakal di up di instagram buat di masukin highlight


EPILOG COMING SOON! 

*hanya bisa dibaca dalam bentuk novel

Author mau spill DM dari readers nih; Suka terharu sama pesan-pesan manis dari kalian, thank u! ^^

Author mau spill DM dari readers nih; Suka terharu sama pesan-pesan manis dari kalian, thank u! ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang