Bagian 17 (On Yedi)

156 44 5
                                    

"You can't runaway from your fate, but you can change it.”
__________


Pada suatu malam, hujan turun dari kegelapan langit. Awan yang sejak siang hari mendung kini berubah pekat dan semakin pekat lagi. Gemuruh petir dan kilat bersaut-sautan melintasi gorden-gorden jendela kamar. Hawa mencekam seakan-akan memenuhi ruangan itu.

Di tengah kesiur angin hujan yang masuk, di tengah suara-suara bising yang mewarnai malam itu, Ray masih beraktifitas di sana. Terlihat tidak terganggu.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar. Beberapa menit berlalu namun belum juga ada jawaban karena Ray tahu siapa yang datang.

Tok tok tok! 

"Kak! Ini ada minuman untukmu! Dari Umma!"

1..

2..

Ayzaa tahu jika pintu itu akan terbuka saat nama Umma disebut. Seperti biasa, tak butuh waktu lama muncul seorang pria tampan dengan ekspresi datar.

"Boleh aku masuk?" Tanyanya.

"Bukankah tujuanmu hanya ingin memberi air?" Jawab Ray sembari melebarkan pintu, lalu melangkah masuk kembali.

Sudah menjadi ajaran keluarga, bahwa seorang kakak-adik saat sudah memasuki usia baligh, tidak diperbolehkan berada di ruangan tertutup bersama. Itulah mengapa setiap Ayzaa berkunjung di kamar Ray atau sebaliknya, mereka tidak akan menutup pintu alias membiarkannya terbuka lebar-lebar. Meski mereka mahrom dan tidak mungkin melakukan hal-hal senonoh, namun tetap saja, menjaga agar tidak timbul fitnah adalah didikan terbaik orang tua mereka. Ray saja hanya terhitung satu kali masuk ke kamar adiknya itu. Itupun karena dia diminta mengantar obat. Berbeda dengan Ayzaa yang sering ke kamarnya dengan alasan tidak jelas. Seperti sekarang, embel-embel mengantar air.

Sedangkan adik tak jelasnya itu mengintai semua isi kamar Ray yang masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Kamar itu memang terbilang besar, tak jauh berbeda dari kamarnya. Hanya saja, seberapa banyak kali dia masuk kamar itu, Ayzaa selalu merasa bulu kuduknya merinding. Bayangkan saja, bagaimana perasaanmu saat memasuki ruangan di mana seluruh perabotnya berwarna hitam? Baik dinding, karpet lantai, sprei, meja dan kursi.. Seluruhnya berwarna hitam. Tak hanya itu, lampu utama kamar pun tidak hidup alias Ray memang sengaja mematikannya. Hanya ada pencahayaan sedikit yang masuk melalui jendela. Itu pun lampu balkon.

"Astaga.. Ray. Apa sulitnya menghidupkan lampu?"

"Jika tidak suka, lebih baik tidak usah masuk." Jawaban Ray sukses membuat Ayzaa meringis. Meski seram, semua benda di ruangan itu memang tertata rapi dan bersih. Dia dapat mencium aroma Ray yang kuat sejak langkah pertama masuk tadi.

Wanita itu berjalan santai sembari memerhatikan tampilan jendela balkon yang terbuka, seolah Ray sedang mempersilakan angin dan aroma hujan memasuki kamarnya. Sesekali gemuruh petir dan kilat mengkilap bak film horor di televisi.

Oh yeah, dan jangan lupakan Ray. Sang Kakak yang tampilannya terlihat tak jauh horor dengan rambut gondrong terikat kecil di belakang tengkuk. Kaus ketat beserta celana kulot hitamnya menambah kesan Tarzan pada pria itu. Saat ini dia sedang kembali ke rutinitas olah raga malamnya. Rutinitas yang hanya keluarganya sendiri yang tahu.

ANNA KEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang