"Go and do the things you can't. That is how you get to do them- Pergi dan lakukan hal-hal yang tidak bisa kamu lakukan. Begitulah cara agar kamu bisa melakukannya."
_______Hari berlalu.. Minggu berlalu..
Bulan berganti bulan yang lain..
Terik matahari tertutup awan abu-abu saat Anna berjalan menuju kebun belakang rumah nenek Nay. Dengan langkah jenjangnya, suara sepatu boot yang ia pakai terdengar mengiringi suara-suara pepohonan rindang yang tertempa angin mendung.
Dedaunan hijau banyak yang berjatuhan saat wanita itu berhenti, menatap punggung Nenek Nay dari belakang. Saat ini beliau sedang duduk berjongkok di depan gundukan tanah liat, di sampingnya terdapat pupuk yang katanya berasal dari kotoran yang sudah diolah menjadi obat hama. Anna dapat melihat tangan keriput Nenek sibuk bibit tanaman baru. Begitu bersemangat.
Entah sudah bulan ke berapa Anna berada di rumah itu. Entah sudah berapa kali ia merasakan dingin pun kadang-kadang cuaca panas yang bahkan nyaris menyentuh 30 derajat. Dia tidak ingin menghitungnya. Dia hanya ingin menikmati kesehariannya yang tenang bersama Nenek.
Indonesia tidak memiliki iklim seperti Turkiye yang musimnya berganti 4 kali. Di sini hanya ada 2 musim rutin yang jujur saja membuat Anna awalnya harus menyesuaikan diri. Yakni musim panas dan musim penghujan.
Namun, karena dia berada di dataran tinggi alias pegunungan, Anna tidak terlalu khawatir untuk hawa panas yang pernah ia bayangkan. Di wilayah Wonosobo ini di saat musim panas pun udara dan semilir angin tetap terasa dingin. Setiap malam Anna bahkan tidak kuat jika tidur tanpa selimut.
Wanita itu ikut berjongkok tak jauh dari tempat Nenek berada. Dia tersenyum. Tiba-tiba kepalanya teringat saat dulu awal-awal dia membantu Nenek Nay berkebun, yang ada malah dia dimarahi habis-habisan. Bayangkan saja, seorang Anna yang sejak remaja hanya menghabiskan tenaga tangannya untuk mengetik dan menulis, bagaimana bisa menyentuh tetek-bengek tanaman apalagi memupuk? Nenek Nay sampai berkali-kali kesal namun anehnya dia tidak bisa jengkel atau menaruh dendam. Yeah.. Karena Anna tahu dia memang payah. Patut saja.
Tapi saat ini, siapa yang menyangka? Tangan cantik dan lentik Anna bahkan benar-benar dibutuhkan Nenek. Semua kesalahan dan tindakan payah yang ia lakukan akhirnya membuahkan hasil bagus. Nenek Nay tidak pernah lagi mengumpat kesal atau komat-kamit padanya. Tiap harinya beliau dapat melihat potensi dan bakat Anna yang mulai melebihi harapan.
"Apa kamu pernah belajar tentang tanaman, Nak?" Tanya Nenek dengan suaranya yang tenang.
"Pernah. Dulu kami di beri ujian praktek di perkebunan Bunga Tulip untuk penelitian akhir semester." Jawab Anna sembari ikut mengaduk tanah. Lalu menanam bibit tanaman yang entah apa namanya itu. Dia terlalu sulit menghafal karena tanaman Nenek Nay banyak sekali jumlahnya.
"Bunga Tulip?" Tanya Nenek mulai antusias.
"Betul, bunga Tulip berasal dari Turkiye."
"Wah, nenek baru tahu." Jawab beliau dengan tawanya yang jenaka. "Nenek kira selama ini bunga Tulip berasal dari Belanda."
Anna tersenyum. Tangannya masih sibuk mengaduk-aduk tanah.
Memang banyak sekali orang-orang yang masih belum mengetahui fakta itu. Bahkan nyaris teman-teman kampusnya yang berasal dari luar negeri terkejut tak percaya. Letak geografis Turkiye memang berada di antara benua asia dan eropa. Itulah mengapa negaranya itu terkenal sebagai penyerap kebudayaan asing paling toleran. Turkiye membebaskan siapapun yang ingin bebas, Turkiye juga tetap memberi nilai-nilai bagi mereka yang masih menjunjung adat, etika dan adab beragama. Setidaknya untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA KEYLA
Romance| SUDAH DITERBITKAN! | Bagi wanita sepertiku- Mahasiswa semester akhir yang berkeseharian menulis sebagai Passion dan Hoby, aku dituntut berpikir kritis dan memiliki logika matang. Oleh karenanya, jatuh cinta adalah satu-satunya perkara gila yang ta...