Tujuh

33 8 0
                                    


Jayden pov

"Jayden!" Tiba-tiba pak Sarho memanggilku, sungguh sebuah hal yang jarang terjadi mengingat beliau adalah wali kelas X (sepuluh) dan tidak ada mata pelajaran yang beliau ajar di kelasku.

"Pak Sarho manggil saya?" Kucoba mendekat pada pak Sarho yang duduk di kursi ruang guru.

"Iya." Pak Sarho mengayunkan tangan memastikan jawabannya.

"Iya pak?"

"Ada murid dikelas saya yang ngotot untuk ikut kelas akselerasi. Kemampuannya sangat baik dalam setiap mata pelajaran. Hanya saja saya sudah tidak bisa meminta modul-modul lama pada pihak sekolah. Seingat saya modul itu terakhir diberikan diangkatan kalian. Kebetulan kamu disini, apa modul-modul itu masih kamu simpan?"

Aku mencoba mengingat letak modul-modul yang dimaksut pak Sarho, entahlah mungkin modul-modul itu masih tersimpan. Meski beberapa buku jarang kugunakan, aku juga nyaris tidak pernah membuang buku-buku itu. Biasanya mommy akan meminta Bu Watik untuk meletakkannya di ruang baca.

"Saya akan coba cari dulu pak, sepertinya masih saya simpan."

"Baguslah kalau begitu. Kalau sudah ketemu kamu bawa, nanti biar saya suruh Cana mencari kamu kalau Ujian semester ini selesai."

"Baik pak."

<<<<<<

2 Tahun Lalu

"Heh Lo nggak usah sok pinter ya?"

Terdengar samar-samar suara bentakan seorang gadis yang tidak tau berasal dari mana. Saat ku coba sisiri arah suara berasal aku menemukan 5 orang murid berseragam SMP sedang beradu mulut.

"Heh Lo, makanya belajar. Giliran nggak bisa main keroyok."

Baiklah, aku tau darimana suara teriakan itu berasal. Dua orang gadis di keroyok beberpa gadis lain, seorang gadis bermata bulat mencoba melawan orang didepannya.

"Dasar Lo, udah untung selama ini gue traktir. Bukanya terimakasih malah pura-pura budeg pas ujian." Seorang gadis sepertinya mulai emosi dan bersiap akan menyakiti lawannya.

"Gue nggak butuh traktiran lo, gue bisa bayar pakai uang gue sendiri." Saut gadis lainnya dengan wajah yang mulai memerah.

Entah apa yang terjadi pada gadis-gadis itu sehingga membuat mereka bertengkar di sebuah gang. Yang pasti satu diantaranya sudah terduduk di tanah.

"Hei kalian, apa kalian nggak pernah diajarin caranya bicara yang sopan dengan orang lain?"  Bukan bermaksut jagoan, hanya sja tidak adil rasanya melihat orang lain di risak tanpa melakukan apapun.

"Udahlah, kabur, kabur..." Gadis dengan lengan baju di gulung itu memberi perintah pada teman-temannya yang kemudian mengikuti.

"Lis... bangun-bangun mereka udah pergi." Gadis bermata bulat itu membantu temannya  untuk berdiri, Ditepuk-tepuk baju dan kakinya, memastikan temannya itu baik -baik saja. Tidak ada yang bisa kulakukan selain bertanya memastikan mereka baik-baik saja.

"Terimaksih kak." Tiba-tiba salah satunya meletakkan tangan di perut dan membungkuk.

Aku hanya tersenyum melihat dua gadis yang usianya mungkin lebih muda dariku itu.

"Terimakasih kak, Namaku Cana, aku berterimaksih." Tidak ada sirat trauma dari gadis yang masih mengenakan seragam SMP itu, justru ia terlihat seperti sudah biasa diperlakukan begitu oleh teman-temannya tadi.

>>>>>>

"Jay, ada yang nyari tuh. Katanya disuruh pak Sarho." Kualihkan pandangan saat Rosie yang mendekat menepuk pundakku, ia menunjuk kearah pintu dengan tatapannya.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang