Duapuluh Tiga

32 4 0
                                    


Cana berlari mengikuti Karin ke arah ruang gawat darurat, tepat saat mereka sampai di pintu bersiap, ambulance yang membawa oma tiba di Rumah Sakit. Cana dan Karin membantu mendorong brangkar yang berisi Oma, sesekali Cana memanggil nama Oma berharap oma bisa segera sadar.

Bersama oma ada Naomi dan mbak Atin perawat oma. Naomi sendiri sebenaranya adalah seorang dokter yang sempat bertugas di Rumah Sakit Neo Hospital, akan tetapi sejak memiliki seorang putri ia memutuskan untuk berhenti.

Sebelum oma masuk ke dalam ruang penanganan, Naomi sempat menjelaskan kondisi oma selama di perjalanan kepada Cana dan Karin. Berebera saat kemudian, Juno dan Yuna datang dengan keadaan Mommy Yuna yang terlihat  khawatir.

"Mom, Dad!" Juno yang juga baru datang menghampiri keluarganya yang terlihat Cemas.

"Jayden ada dimana?" Juno coba bertanya pada Jonny yang sedang berdiri disamping istrinya.

"Jay sedang melakukan operasi, operasinya baru dilakukan dua jam yang lalu. Kemungkinan akan selesai malam. Jonny sudah sampaikan pada bagian bedah saraf kondisi oma setelah Jayden selesai mereka akan mengatakan pada Jay."

"Ya sudah, biarkan dia fokus melakukan kewajibannya." Ucal Prof. Juno pada anak sulungnya yang di balas anggukan.

Tak berapa lama Cana keluar dari ruang perawatan, Juno dan yang lain langsung menghampiri gadis cantik itu.

"Giman dok?" Jonny lebih dulu bertanya pada Cana.

"Kondisi oma sudah stabil, hanya saja ada kemungkinan harus dilakukan operasi pada jantungnya. Saya akan konsultasikan dengan Profesor Andrian. Beliau sedang menangani pasien, setelah ini beliau akan kemari."

Prof. Juno hanya mengangguk, beliau jelas sangat paham maksut ucapan Cana. Berbeda dengan Mommy Yuna yang langsung menangis mendengar kata operasi, kekhawatirannya justru bertambah.

"Apa operasi ini berbahaya Dad? gimana kalau terjadi apa-apa dengan mama?" Yuna nampak cemas, ia terus menggenggam tangan suami tercintanya. Meskipun Weni adalah ibu mertuanya, Yuna tak pernah merasa begitu. Kasih sayangnya terhadap Weni yang sudah tiga puluh lima tahun menjadi mertuanya sudah seperti ibu kandungnya.

"Semua operasi memilik resiko, sekecil apapun operasinya. Jadi sebaiknya kita percayakan pada dokter saja."

Keempat anggota keluarga sudah menunggu di ruang operasi, sementara mbak Atin, Yuna memintanya untuk pulang dan kembali saat Oma sudah berada di kamar rawat.

Setelah Empat Jam, operasi oma dimulai, operasi dipimpin oleh Prof. Andrian secara langsung dan Cana bertugas sebagai asisten. Operasi berlangsung selama tiga jam, setelah melakuka operasi Prof. Andrian menemui keluarga Juno dan menjelaskan semuanya.

"Setelah ini pasien akan dipindahkan ke ICU, selama di sana beliau akan berada dalam pantauan dokter. Kita berharap kondisi Nyonya Weni semakin membaik agar bisa segera dipindahkan ke ruang rawat."

"Baik Prof. Saya mengerti. Semoga ibu saya bisa segera membaik."

"Baik kalau begitu Prof. Saya akan kembali memantau nyonya Weni." Prof. Andrian kembali masuk menuju ruang operasi.

Sementara Yuna nampak jauh lebih tenang saat mengetahui operasi sudah berhasil. Naomi terus menggenggam tangan Yuna untuk bisa menenangkannya.

"Gimana kalau mommy tunggu di ruanganku dengan Naomi? Kalau oma sudah dipindahkan aku akan telpon Mommy." Jonny menawarkan kepada ibunya untuk menunggu di ruangannya, karna sedari tadi Yuna nampak belum beristirahat.

"Nggak apa-apa Jo, mommy tunggu disini aja. Mommy nggak mau jauh-jauh dari oma kamu."

Tepat pukul sepuluh malam kondisi oma membaik, beliau bisa melewati masa kritisnya dan sedang dipindah ke ruang rawat VVIP. Semua anggota keluarga mengikuti ke ruang VVIP tempat oma biasa di rawat.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang