Tigabelas

39 9 0
                                    


13 Tahun Berlalu

"Pagi Nona HeYin, laporan pasien hari ini? Saya mau visit ruangan." Wanita dengan setelan rumah sakit berwarna Hijau tua nampak menggulung stetoskop lalu memasukkan kedalam kantung snelli putihnya. Sementara ia membiarkan rambut hitam panjangnya dikuncir kuda secara rapi.

"Pagi dok, hari ini ada dua belas pasien yang kunjungan rutin, satu pasien menunggu konsul dan barusan IGD menyampaikan ada satu pasien baru masuk." Seorang wanita berseragam setelan warna mint dengan kombinasi putih dan rambut digulung rapi berdiri menyambut seorang dokter yang baru mendatangi Nurse Station.

"Oke, lima belas menit lagi kita mulai."

Dokter yang memiliki tinggi 163cm itu nampak cantik dengan make up tipis yang menempel diwajahnya. Wajahnya makin bertambah cantik manakala ia tengah serius membaca laporan medik yang baru diterimanya dari ners Heyin.

Cana, usianya kini menginjak tiga puluh Tahun, ia bukan lagi gadis muda yang dulu labil dan cengeng. Sosoknya kini menjelma menjadi wanita yang lebih dewasa dengan kharismanya sendiri.

"Dok, udah dengar belum kalau besok ada dokter baru di bedah saraf? Kemarin udah lapor hadir, harusnya hari ini...."

Heyin kerap kali menjadi asisten Cana, usia mereka sepantaran membuat Cana lebih nyaman bekerja dan berdiskusi dengan Heyin dalam berbagai hal. Jangan lupakan Heyin juga pandai mencari informasi hal-hal baru dari lingkup rumah sakit.

"Yin, bisa nggak ntar aja ngebahasnya. Kita mulai jalan yuk, tolong panggil dokter magang yang mau ikut saya visit pasien, karna ada pasien dengan diagnosa baru. Kasian pasiennya nunggu." Ujar Cana sembari menaikkan alisnya agar Heyin menghentikan obrolannya.

"Baik dok." Jawab Heyin tersenyum malu.

Pagi-pagi Cana sudah mengabsen perkembangan pasien dari satu ruang ke ruang yang lain. Diikuti beberapa dokter magang yang memang sedang menimba ilmu dengannya. Setelah semalaman piket di rumah sakit, pagi ini visit pasien di lanjut jadwal praktek rawat jakan rasanya Cana ingin segera melakukan semuanya agar bisa segera pulang dan beristirahat.

Telilit telilit... telilit telilit...

Suara telpon di depan Cana berbunyi tepat setelah pasien terakhir keluar dari ruang prakteknya.

"Dok, bisa ke ruang pertemuan sekarang? Seluruh dokter lepas jaga dan lepas praktek diminta ke ruang pertemuan tigapuluh menit lagi."

"Oke, saya langsung kesana."

"Dari siapa dok?" Ners Heyin nampaknya penasaran dengan panggilan telpon yang barusan di terima Cana.

"Dari...." Cana tak melanjutkan kata-katanya sengaja membuat Ners Heyin penasaran.

Cana mengambil stetoskop yang tergeletak diatas meja lalu mengalungkan ke lehernya, tanpa basa basi ia langsung berjalan keluar menuju ruang pertemuan sesuai intruksi.

Masih Menggunakan scrub suits hijau tua dilapisi snelli putih ia menyusuri lorong rumah sakit. Ia asik memainkan ponsel seraya meminum sebotol susu strawberry favoritnya.

"Caaaa?!" Sebuah teriakan membuat Langkah Cana berhenti, ia mencari ke arah sumber suara.

Setelah membuang botol susu di tempat sampah terdekat, Cana berlari kecil menghampiri Karin dan Lisa yang datang bersamaan.

"Hai nona Jenius." Sapa Lisa sumringah melihat Cana masih dengan atribut lengkapnya.

"Hai Nona antik." Balas Cana.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang