Tigapuluh Empat

37 6 0
                                    


Profesor Andrian membuka masker medis yang dikenakannya, melihat Prof. Andrian keluar dari ruang operasi Jayden berlari mendekat.

"Gimana dok?" Tanyanya penuh dengan harapan.

"Dokter Cana selamat, untung saja pisau itu tidak mengenai organ vitalnya. Tapi malam ini sepertinya dokter Cana belum akan sadar mengingat kondisinya yang kehilangan banyak darah dan operasi penyelamatan baru dilakukan setelah operasi saecar."

Tubuh Jayden bergetar, lututnya terasa lemas tak bertenaga. Harapannya hanya satu, Cana kembali padanya, apapun akan dia lakukan bahkan jika harus bertukar tempat.

"Malam ini dokter Cana akan dipindah ke ruang ICU, dokter Cana wanita yang luar biasa. Saya yakin dia akan kuat dan kembali pulih."

Prof. Andrian meninggalkan Jayden dan yang lain, Jayden terkuyu lemas, mereka yang ada disana pun merasakan hal yang sama. Jayde merutuki dirinya yang lengah padahal Rosie berkeliaran disekitar mereka dan berniat menyakitinya.

Ketika semua orang fokus pada Cana, Karin memutuskan untuk mengunjungi ruang NICU tempat putra Cana yang baru lahir berada. Bayi itu nampak sangat kecil dan tampan, meski terlahir secara prematur putra Cana dan Jayden lahir dalam kondisi sempurna meskipun masih harus melewati perawatan yang cukup panjang.

"Hai bayi tampan! Ini mama Karin. Hari ini kamu akan mama Karin temani disini. Jangan bersedih ya sayang?" Isak tangis Karin diketahui Lisa yang juga ikut masuk ke dalam NICU, keduanya berpelukan saling menguatkan mengingat kondisi Cana yang masih kritis.

"Cana kita pasti selamat kan Lis?"

Karin memeluk Lisa erat, untuk kali pertama selama persahabatan mereka ini adalah saat terberat. Sahabat yang mereka kasihi terbujur lemah didepan mata mereka.

"Iya, Cana pasti selamat. Dia harus lihat putranya sangat tampan."

Malam ini akan sangat panjang, Mama, Mommy dan yang lain telah kembali ke rumah. Lisa memutuskan untuk tetap di Rumah sakit bersama Karin dan Doni. Theo pun mengijinkan, ia tau betul seberat apa hal ini bagi istrinya. Jayden tak sekalipun beranjak dari istrinya, tubuh Cana dipenuhi berbagai macam alat penopang kehidupan, sebuah monitor yang tiap menit selalu dipantau oleh Jayden dan memastikan jika Cana masih bersamanya.

"Jay, lebih baik lo istirahat. Ada Karin yang akan mengawasi disini." Doni berdiri di samping Jayden yang masih termangu menatap Cana. "Gue mau disini Don, gue mau sama Cana sampai dia sadar."

Setiap dua jam Doni, Karin dan Lisa bergantian ke ruangan Cana. Tak sekalipun Jayden merasa lelah dan terjaga sepanjang malam. Hingga pagi Cana belum juga sadar, giliran Jino yang menjenguk Cana di ruang ICU. Jayden masih setia berdiri disisi istrinya, sesekali ia mengecek selang dan peralatan yang ada di sana memastikan semua berdungsi dengan baik dan benar.

"Dok, sebaiknya dokter Jayden berganti pakaian dan membersihkan badan. Saya akan menjaga dokter Cana sampai dokter Jay kembali. Jangan sampai waktu dokter Cana bangun melihat dokter Jay berantakan, pasti beliau bakalan komplain."

Kali ini Jino yang mencoba membujuk Jayden agar mau berganti dan setidaknya sarapan agar memiliki tenaga.

"Apa kamu yakin Cana akan bangun No'? Aku kangen liat dia marah No'" Tatapan Jayden nampak kosong.

"Pasti dok, dokter Cana sehebat itu pasti dia akan bangun. Jadi sebaiknya dokter keluar, saya akan ada disini."

Setelah menatap Jino, Jayden putuskan untuk mandi dan berganti pakaian. Heyin dan Nikita bahkan sempat memberi Jayden roti untuk dimakan.

"Makasih ya Ners, Nik." Jayden menerima roti yang diberikan dan memakannya dengan cepat di dalam ruangan. Baru saja menghabiskan roti pemberian Heyin dan Nikita, Ponsel Jayden berdering panggilan dari Karin membuat Jayden gugup. Ia pun mengangkat panggilan sembari berjalan keluar ruangan.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang