Duapuluh Delapan

30 7 0
                                    


Paginya Theo sudah di ijinkan pulang, Lisa sedang menyelesaikan beberapa administrasi. Hari ini pun Lisa meminta cuti dua hari dikarenakan harus merawat suaminya yang sakit. Setelah menyelesaikan semua administrasi, Lisa kembali masuk ke dalam ruang perawatan Theo. Laki-Laki itu sedang berdiri menatap keluar kaca dari lantai enam dengan tenang.

"Beb, udah yuk pulang." Lisa membereskan beberapa barang milik Theo dan membawanya.

Baru saja akan keluar melalui pintu Lantai enam, mereka berpapasan denga Jonny yang juga baru datang.

"Loh, kok kalian ada disini?" Jonny nampak heran melihat Theo dan Lisa dua orang yang sama-sama dikenalnya.

"Kemaren gue pingsan, terus dibawa kesini." Jelas Theo yang merupakan teman seangkatan Jonny meski mereka dulu berbeda kelas.

"Kok nggak ada yang ngasih tau gue?" Tanya Jonny lagi sedikit terkejut.

"Tenang aja gue udah baik-baik aja. Gue takut kelamaan disini dokternya galak." Theo melirik ke arah Lisa yang berdiri memegang lengan kirinya.

Jonny terkekeh, Lisa melirik ke arah Theo sembari memajukan bibirnya.

"Oke deh, jaga kesehatan, kasian istri sama anak pasti khawatir. Next time gue pengen ngobrol masalah kerjaan. Gue denger Lo bantu ngawasin usahanya mertua Jayden. Gue mau konsultasi sama om Choky dan lo."

"Iya bener, boleh banget kalau mau konsul masalah desain bangunan. next time gue telpon kalau lo punya waktu."

Lisa hanya mengangguk meninggalkan Jonny yang kembali berjalan diikuti sekertaris pribadinya. Sementara mereka masuk kedalam mobil yang sudah siap di depan pintu lantai enam.

"Beb, bisa mampir sebentar ke tempat proyek aku nggak?" Pinta Theo pada Lisa yang sedang fokus melihat jalanan.

"Besok lagi deh beb kerjanya, kamu baru sembuh." Protes Lisa membeo.

"Nggak bisa kalau nggak hari ini beb, nggak jauh kok dari sini. Lagian kan aku kesana sama dokter pribadi aku." Pinta Theo lagi sedikit memaksa.

"Oke sebentar aja yaaa?"

Theo mengarahkan Lisa kemana ia harus membelokkan setirnya, keduanya masuk kedalam kawasan perumahan yang cukup mewah tempat dimana proyek yang sedang di kerjakan Theo. Tak butuh waktu lama jarak dari Rumah sakit hanya Lima Belas menit dalam kondisi tidak terlalu macet.

"Masuk Halaman rumah putih besar itu beb."

Perintah Theo menunjuk rumah yang cukup besar, lebih besar ketimbang Apartement yang mereka tempati. Rumah bernuansa putih dan abu-abu itu nampak sangat mewah dilungkungan Cluster tengah kota. Penjagaan di pintu masuk pun cukup ketat dengan beberapa security berjaga di gerbang dan memeriksa setiap kendaraan yang keluar masuk.

"Wah, gede juga rumahnya, proyek rumah punya siapa beb?"

Theo membuka Rumah bernuansa putih dan abu-abu. Garasi rumah itu muat untuk empat mobil, dan lingkungannya cukup nyaman.

"Masuk yuk beb, biar kamu tau hasil kerja aku." Ajak Theo pada Lisa yang terlihat mengagumi setiap sudut rumah.

"Keren banget ya beb, rumah tipe aku banget nih yang begini."

Lisa mengelilingi rumah yang masih nampak baru, rumah itu sangat rapi dan bersih. Perabotan didalamnya cukup lengkap, hanya beberapa pajangan yang menempel di dinding masih tertutup kain. Mungkin sebuah Foto atau sebuah lukisan mahal si empunya rumah. Dengan riang Lisa mengelilingi rumah, ia bahkan melihat berapa banyak Jendela terpasang agar memudahkan Cahaya Matahari masuk ke dalam rumah.

"Di bawah, ada ruang tamu, ruang tv, ruang makan, dapur, satu kamar tamu dengan kamar mandi, dua kamar pembantu dan kamar mandi sama ruang baca. Diatas ada dua kamar anak dan satu kamar utama." Jelas Theo seolah Lisa adalah Kliennya.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang