Duapuluh Lima

34 5 0
                                    

🩺🩺🩺

"Papa... Papa please!!!"

Jayden lagi-lagi tersenyum melihat tingkah Cana sebelum akhirnya dia berbicara lebih serius kepada orang tua Cana.

"Yang Cana katakan benar Om, saya meminta Cana menjadi istri saya."

Jayden menata nafasnya perlahan, papa dan mama pun mulai terlihat lebih tenang. Cana menatap Jayden dalam, ini kali pertama dalam hidupnya ada seorang pria yang datang secara khusus menemui orang tuanya untuk melamar.

"Saya baru bertemu Cana lagi dua bulan yang lalu, tapi pertama kali saya bertemu Cana tujuh belas tahun lalu, lima belas tahun yang lalu saya mengenal Cana. Kali ini saya datang dengan bersungguh-sungguh meminta persetujuan om dan tante untuk menjadikan Cana istri saya."

Mama dan Papa bertatapan, mama dan papa sudah tau seperti apa cerita tentang Jayden dan Cana dari mulut anak gadisnya. Papa pun sedikit banyak sudah mencari tau seperti apa Jayden, nampaknya benar jika dimata papa, Jayden adalah laki-laki yang baik dan sopan.

"Om dan Tante pada dasarnya tergantung pada Cana, kalau itu menjadi pilihan Cana dan membuat Cana bahagia selama bukan semata-mata karna terdesak, om.. menyetujui dan memberikan restu." Jawaban papa sedikit membuat Jayden lega.

"Tapi..." jantung Jayden berdetak cepat lagi. "Apa kalian sudah yakin dan tidak merasa terburu-buru?"

"Kami rasa tidak om, tante, tapi ada satu hal yang ingin saya ceritakan pada om dan tante. Saya yakin Cana pun tahu."

Sesaat Jayden melihat Cana, ada hal yang akan diceritakan Jayden pada mama dan papa agar kelak tidak ada rahasia yang tersisa. Tentang pertunangannya dengan Rosie yang gagal.

"Sebenarnya, Dulu saya pernah bertunangan dengan seorang gadis atas permintaan kedua orang tua gadis itu dan ibu saya, saya yang waktu itu masih terlalu muda hanya memgiyakan, kali ini saya memiliki banyak pertimbangan selain karna saya benar-benar menyukai anak om dan tante."

Jayden mengambil jeda bernafas, dalam tatapan Cana ia melihat keseriusan dan ketulusan Jayden.

"Saya bertunangan selama lima tahun, saya berusaha agar tidak mengecewakan keluarga terutama ibu saya, saya tetap bertahan. Ternyata saya salah, karna saya menganggap dia teman awalnya saya tenang, ternyata saat pulang kembali kami sudah tidak berada di tujuan yang sama. Ah, bukan, sebenarnya sejak awal kami tidak pernah punya tujuan yang sama. Akhirnya kami putuskan untuk mengakhiri hubungan ini dan keluarga pun sepakat tidak lagi mau membahas hal ini."

Laki-laki ini, dia bahkan tidak menjelek-jelekan siapapun. Sangat bijak dalam menceritakan permaslahan yang ada, padahal Cana tau cerita yang sebenarnya bahkan sempat Cana ceritakan ke mama dan papa sebelumnya.

"Ketika bertemu dengan Cana dua bulan yang lalu, saya tau jelas perbedaan itu. Apa yang saya rasakan dulu sangat berbeda dengan yang saya rasakan pada Cana. Maka dari itu saya beranikan diri datang kemari."

Mama Ara nampak tersenyum melihat keberanian Jayden menceritakan hal yang mungkin bisa saja dia rahasiakan. Mama menatap Cana dengan senyuman khas mama yang hangat.

"Sebenarnya tanpa kamu ceritakan tante dan om tidak apa-apa Jay, tante dan om percaya sepenuhnya pada Cana." Mama menanggapi dengan tenang cerita Jayden.

"Sekarang mama jadi iri sama kamu Ca!" Mama tersenyum menatap menggoda Cana.

"Loh kok mama iri?" Tanya papa pada mama yang sedang tersenyum menatap Cana.

"Papa dulu nggak ngelamar mama."

"Loh, maksut mama gimana? Papa kan datang ngelamar mama." Protes papa.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang