Sembilanbelas

35 6 0
                                    


"Oh, bisakah berbicara sebentar Ca?"

"Sebaiknya dokter Jayden menjenguk ibu Martha terlebih dahulu. Takutnya terlalu malam, besok beliau sudah bisa pulang."

"Oh, iya."

Cana menutup pintu Lift sementara Jayden berbalik badan berjalan menuju ruang president suite. Perasaan Cana lega setelah mengembalikan uang kepada Jackson, walaupun akhirnya ia harus kehilangan jatah makannya selama sebulan. Setidaknya Cana tak merasa berhutang dan bisa menikmati makanan dengan tenang.

Brruugghh...
Pintu ruang tunggu terbuka, mata Cana menatap pada tiga orang sahabatnya yang terlihat menatap makanan dengan melas.

"Kasian banget sih... wah, udangnya ternyata enak banget." Cana mengiming-imingi tiga orang dengan wajah Kusut di ujung meja.

"Hahahaha,, udah buruan makan. Udah dibayar Lunas!!!" Ujar Cana menyuruh ketiganya makan.

"Yin setelah ini minta yang lain gantian untuk makan ya?" Cana meminta Heyin yang asik dengan makanan dipiringnya.

"Ca, kalau staff aku ikut boleh nggak? Kan sayang kalau nggak habis." Lisa memasang tampang memelas dihadapan Cana.

"Teman-teman IGD deh Ca. Nggak banyak kok cuma delapan orang." Ganti karin yang memasang tampang memelas.

"Iya, iya, lagian di lantai empat cuma tinggal sebagian yang masih jaga."

"Thankyu Cana."

Ketiga orang itu nampak sumringah, Cana pun nampak bahagia. Meskipun sebulan kedepan ia harus berpuasa karna jatah makan satu bulan habis dalam hitungan Jam. Tumbuh dikeluarga berkecukupan tak membuat Cana menjadi sosok yang konsumtif suka menghambur-hamburkan uang. Sejak bekerja bahkan Cana tak sekalipun meminta uang dari orang tuanya. Semua coba ia selesaikan sendiri dengan menyesuaikan kondisi keuangannya.

"Aku ke ruangan dulu ya?"

Cana meninggalkan teman-temannya dan beberapa perawat lain yang sedang menikmati makanan yang tersedia. Gadis bertubuh kurus itu meletakkan punggungnya di sandaran kursi, kepalanya ia tengadahkan menatap keluar jendela yang hanya terlihat langit malam.

Tok tok tok
Ketukan pintu membuyarkan lamunannya, gadis itu langsung merapikan rambutnya dan membenarkan posisi duduknya.

"Iya masuk aja."

"Hai Ca?"

Wajah tampan pria berlesung pipi itu tiba-tiba muncul dari balik pintu. Kedatangan Jayden tiba-tiba membuat Cana sedikit merasa canggung.

"Oh, dokter Jayden. Maaf Saya kira Jino."

"Boleh aku masuk Ca?"

"Boleh, silahkan."

Cana merapikan mejanya yang sedikit berantakan, menyingkirkan beberapa benda yang tak layak ke dalam laci dan membuang beberapa lainnya.

"Ada apa ya dok?"

Cana mencoba memulai percakapan, sementara Jayden hanya tersenyum melihat Cana.

"Kamu sempat keluar sama Oma ya?"

"Iya. Kenapa?"

"Saya ditanya sama Oma, apa saya punya hubungan dengan dokter yang bernama Nikita?" Jayden menarik nafas dan membenarkan posisi duduknya.

"Saya bilang, Nikita itu asisten saya, dokter muda yang akan mengambil spesialis bedah saraf."

"Terus?" Kali ini Cana bertanya dengan nada acuhnya.

"Oma nggak percaya, karna kamu bilang kamu melihat saya dan Nikita bermesraan di ruang tunggu dokter di lantai empat. Saya ingat, saya nggak pernah sekalipun bermesraan disana!"

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang