"Lagi apa Ca?" Jayden menatal layar ponselnya, ia melihat istrinya dari layar sedang berada di Rumah Sakit."Lagi di Rumah Sakit. Kenapa kak?" Jawab Cana tenang.
Jayden menyampaikan apa yang dikatakan oleh Prof. Andrian kepada Cana. Cana hanya mengangguk-anggukan kepala pertanda ia memahami perkataan sang suami.
"Ya udah, berangkat aja, toh Cana disini baik-baik aja. Bulan depan minggu kedua dan kalau ditambah dua minggu di Amrik berati sampai akhir bulan depan kakak baru pulang?"
"Iya Ca, kalau kamu keberatan bisa kok ditolak. Biar diganti dokter lain."
"Nggak, Cana nggak keberatan selama itu untuk pekerjaan sebagai dokter, sebaiknya kakak pergi."
Jayden terdiam sesaat, ia menatap wajah cantik istrinya meski tanpa makeup. Ingin sekali rasanya ia menjemput Cana dan membawanya pulang ke rumah, video call setiap hari hanya menabung rasa rindu yang makin banyak.
"Ca, aku kangen banget sama kamu."
"Kak udah dulu ya? Ada panggilan darurat."
Cana mematikan telponnya tanpa membalas ucapan Jayden. Sebenarnya bukan karna ia tak mau membalas, tapi setiap kali Jayden mangatakan Kangen ayau Rindu perutnya seolah memberi respon.
"Huweekkk... Huweekk..." Cana berlari ke Toilet untuk memuntahkan isi perutnya. Dielusnya lagi perutnya dengan lembut untuk memberikan pengertian pada Calon buah hatinya. "Sabar Sayang, minggu depan kita ketemu Daddy. Mami akan bilang ke Daddy kalau kamu ada di dalam perut mami dan tumbuh dengan sehat."
Kehamilan Cana kini memasuki usia Sebelas minggu, artinya saat ia pulang minggu depan usia kehamilannya memasuki dua belas minggu. Karna tubuh Cana yang relatif kecil dan selama hamil mengalami penurunan berat badan, kehamilannya memang belum terlihat. Hanya tanda-tanda kehamilan yang ia rasakan setiap hari, ia berpikir betapa indahnya andai disaat seperti ini suaminya tahu. Andai kemarahannya pada Rosie bisa ia tahan, meskipun mencoba untuk tenang nyatanya Cana kesal tiap kali mengingat jika suaminya menerima Rosie sebagai Pasien.
Seminggu berlalu, diam-diam Cana menghubungi pak Andi dan memintanya menjemput tanpa sepengetahuan Jayden. Amarahnya berangsur memudar, ia ingin mengatakan perihal kehamilannya pada Jayden sebelum Jayden berangkat ke Jerman. Lisa dan Karin sudah mengetahui rencana yang akan ia lakukan.
Cana sampai di apartement di antar oleh pak Andi, Cana meminta pak Andi untuk segera pulang dan beristirahat. Dengan perasaan degdegan ia akan menemui suami yang sangat dirindukan, namun saat baru sampai di depan pintu, Cana terkejut melihat pintu yang tidak tertutup. Perlahan Cana melihat ke dalam, ia khawatir kalau-kalau ada pencuri yang masuk ke tempat tinggalnya, tapi ternyata ia menyaksikan pemandangan yang membuatnya terkejut.
"Jay, please, kasih aku kesempatan. Atau aku bisa jadi simpanan kamu Jay. Jay aku cinta sama kamu." Rosie memaksa memeluk Jayden namun ditolak oleh Jayden.
Plak...
Cana menampar Rosie dengan sekuat tenaganya, wanita Cantik itu sudah tidak enggan berlaku kasar pada wanita itu."Keluar dari rumah saya sekarang, ini rumah saya dan suami saya. Wanita murahan seperti kamu harusnya malu, hanya bisa mengganggu suami orang." Suara Cana bergetar, ia menunjuk Rosie dengan telunjuknya dan tak bisa lagi menyimpan kesabaran.
"Kamu dengar Ros, ini rumah kami sebaiknya kamu pergi. Saya dan kamu tidak memiliki hubungan apapun lagi." Jayden menyuruh Rosie untuk pergi.
"Jay, kamu bilang kamu cinta sama aku, kenapa ketika ada perempuan ini kamu kasar Jay."
Gadis ini sepertinya benar-benar Licik, benar yang diceritakan Karin beberapa waktu lalu. Padahal jelas-jelas Cana tau kalau Jayden tidak pernah mencintai Rosie, ia hanya ingin merusak rumah tangga orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Reason
FanfictionFirst Story Kisah Cinta Cana dan Jayden sejak pertemuan pertama mereka. Cana si gadis periang namun gemar menyimpan perasaan. Jayden pria tampan dn Cerdas namun juga sangat ramah. (End) Belum Revisi =========================================