13 Tahun Kemudian
"Mami, Xia berangkat ya? Berangkat bareng sama kakak Lexa." Gadis bernama Alexia atau biasa dipanggil Xia itu berteriak menuruni tangga rumahnya, menyimot selembar Roti di meja, memberi kecupan ke Papi dan Maminya lalu berlari keluar rumah.
"Morning adikku sayang!" Ucap Alexa yang sedang menggunakan Lipstick menghadap spion tengah mobilnya.
"Morning kakak bawelku." Alexa mencubit pipi adik sepupu kesayangannya itu karna gemas dengan ucapannya.
"Where's Axel?"
"Masih tidur kayaknya."
Alexa menggeleng lalu melajukan mobilnya keluar komplek perumahan tempat mereka tinggal.
"Kakak nggak telat kan kalau harus nganterin aku dulu ke sekolah?"
"Enggak, kan hari ini jadwal praktek aku jam delapan."
"Yah, lagian siapa juga yang bisa marah ke kakak! Selalu ada Mami yang belain, sampai Xia aja lupa yang anak mami itu Xia atau Kakak Lexa." Gerutu Xia memeluk tas ranselnya.
"Tuh kamu tau!" Lexa memainkan alis matanya naik turun.
"Ah, gitu doang mah Xia juga tau kak. Tapi kakak bisa nggak naklukin kak Oliver?" Lexa memutar bola matanya malas mendengar celetukan Xia yang terlihat menang.
***
"Axel, Bangung!!! Hari ini bukannya jam sembilan kamu ada kuliah." Cana membuka pintu kamar putra sulungnya dan mendapati Axel yang masih terlelap dibalik selimut tebalnya.
"Axel, udah jam berapa ini?
Cana membuka gorden yang menutup jendela kamar Axel, membiarkan cahaya masuk ke dalam ruangan yang di dominasi warna biru itu.
"Iya mi, Axel bangun. Ini juga udah mau mandi." Dengan mata setengah terpejam, laki-laki bertubuh atletis itu mulai mencoba untuk duduk dan menyadarkan dirinya dari rasa kantuk.
"Ya udah, mami sama papi mau berangkat. Kamu jangan lupa sarapan ya?" Elusan lembut tangan Cana di kepala Axel membuatnya mengangguk memberi kepastian pada Ibunya jika ia sudah bangun.
Cana tersenyum kembali menutup pintu kamar Axel lalu turun menemui Jayden yang sudah menunggunya di ruang depan.
"Gimana mi? Axel sudah bangun?" Jayden mematikan tabletnya lalu memasukkannya ke dalam tas kerja.
"Sudah, ayo berangkat. Pagi ini Mami harus lihat pasien President Suite yang baru masuk kemarin." Cana mengambil handbag yang tergeletak di meja lalu mencangklongnya.
Jayden berdiri menghampiri istri tercinta yang sudah Dua Puluh tahun menemaninya. Pria berkepala Lima itu nampak tersenyum melihat istrinya yang masih cantik meski sudah tidak muda lagi.
"Kenapa sih kok Papi tiba-tiba ngelihatin gitu." Tangan Jayden berada di pundak Cana membuat siempunya merasa terheran.
"Ca, anak-anak sudah besar. Tapi kok bisa sih kamu masih tetap cantik."
"Apa sih kak? Udah keriput masa dibilang masih cantik. Kamu kalau gombal payah." Tangan Cana memegang pinggang Jayden, menatap wajah suaminya yang masih tampan itu.
"Makasih ya Ca? It's not easy, but you still with me."
Cana tersenyum menatap dua manik hitam milik Jayden yang berdiri di hadapannya.
"I Love you Ca."
"I Love you too kak Jayden." Senyum Cana masih tersungging. "Makasih ya kak udah minjemin modulnya. Jadi Cana bisa lulus jadi dokter."
Jayden tersenyum menyaksikan gaya istrinya yang tiba-tiba, mengingatkan Jayden tiga puluh tahun silam. Akh, bahagia akhirnya bersama mereka melewati masa-masa sulit dan mudah dalam kehidupan mereka.
Jayden mengecup lembut kening Cana, wanitanya hanya terdiam memejamkan mata. Meski sudah sering dilakukan, tapi tiap kali Cana merasa degdegan mendapat sentuhan dari Jayden. Jayden Cinta pertama dan Selamanya bagi Cana, ternyata sama Jayden sejak awal hanya mencintai gadisnya, wanitanya dan ibu dari anak-anaknya Canthika Nara Pratama.
Bye
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
My Reason
FanfictionFirst Story Kisah Cinta Cana dan Jayden sejak pertemuan pertama mereka. Cana si gadis periang namun gemar menyimpan perasaan. Jayden pria tampan dn Cerdas namun juga sangat ramah. (End) Belum Revisi =========================================