Duapuluh Sembilan

35 5 0
                                    


"Kak, sudah Cana putuskan untuk tetap berangkat ke Noah Hospital, Lagipula hanya tiga bulan. Kalau ada waktu Libur Cana bisa pulang." Cana meletakkan beberapa piring lauk dan juga Nasi diatas meja makan.

"Tapi Ca, kita jadi suami istri baru dua bulan! Masa kamu tega ninggalin aku disini." Jayden mengikuti langkah Cana ke dapur.

"Sudah tugas dan tanggung jawab kita kan sebagai dokter untuk membantu pasien dimanapun." Kali ini Cana duduk di meja makan dan menuangkan air kedalam gelas milik suaminya.

"Aku akan coba bicara sama dokter Daniel."

"Nggak perlu, Cana nggak mau dianggap memanfaatkan kondisi keluarga berkuasa."

"Kamu marah Ca? Karna Rosie?"

"Dia cuma pasien kak, buat apa Cana marah?" Cana terdiam sesaat. "Kakak harus bantu kak Rosie untuk sembuh, lalu pastikan tumornya benar-benar terangkat. Cana nggak mau suatu hari dia muncul lagi dan mengganggu rumah tangga kita." Nada bicara Cana melemah.

Malam itu Cana berkemas, ia membawa beberapa barang yang kemungkinan di perlukan saat di Noah Hospital. Dua hari lagi Cana sudah harus berangkat, Cana meminta Lisa dan Karin merahasiakan kehamilannya untuk sementara.

Meski sempat menolak, Karin dan Lisa akhirnya menyetujui. Lisa meresepkan beberapa obat dan Vitamin untuk Cana. Lisa juga berpesan berbagai macam hal yang boleh dan tidak untuk ia makan dan lakukan.

Saat ini Cana tidak ingin memberi tahu suaminya perihal kehamilannya, ia merasa kesal dan juga sedih lantaran Jayden harus menjadi dokter yang menangani Rosie padahal dia bisa saja menolak.

Tapi semua kekesalan itu percuma, meski tau jika sikap Jayden profesional tapi tetap saja ia merasa kesal. Tentu saja karna kejadian di IGD beberapa waktu yang lalu, saat Mama Rosie dan Rosie memaksa Jayden menjadi dokternya. Ponsel Cana berbunyi saat ia sedang merapikan barang-barang ke dalam sebuah koper besar, nama Jonny tertera disana.

"Hallo Ca?"

"Hallo bang Jon, ada apa?"

"Abang lupa mau nanya, tadi abang tanda tangan nama-nama dokter yang akan berangkat ke Noah menggantikan dokter sebelumnya. Ada nama kamu juga di sana, apa kamu yakin mau berangkat Ca?"

"Iya bang, Cana yakin. Nggak enak kalau tiba-tiba Cana membatalkan keberangkatan."

"Abang bisa kasih tugas lain buat kamu, kalau kamu nggak mau berangkat Ca."

"Terimakasih, tapi biar Cana berangkat Bang, jangan karna Cana jadi adik CEO, Cana seenaknya merubah jadwal."

"Hahaha, ya sudah kalau gitu. Abang siapkan satu supir dan kendaraan khusus buat kamu. Ini permintaan kakak kamu. Naomi maksa suapaya kamu diberikan mobil khusus setelah abang cerita kalau kamu berangkat. Mommy juga setuju jadi kamu jangan tolak ya Ca. Kamu kasiani abang, bisa dimarahin Mommy sama Naomi kalau kamu tolak."

"Hahaha, terimaksih buat abang sama kak Naomi. Buat Mommy juga. Besok sebelum berangkat Cana akan mampir ke rumah Mommy dulu."

"Oke, ya sudah kamu istirahat Ca."

Keluarga Xaquille begitu menyayangi Cana, bahkan ia belum mengatakan kondisi kehamilannya pada mereka tapi Cana tetap mendapah hak spesial. Bagaiman jika mereka tau? Mungkin Mommy akan kekeh melarang atau bahkan akan menjual Noah Hospital agar mantu bungsunya tidak berangkat.

Setelah merapikan semua kebutuhan, Cana memutuskan untuk membersihkan badan dan tidur. Ia sadar saat ini kondisinya mengharuskannya untuk tidak terlalu banyak pikiran dan banyak beristirahat. Sementara Jayden masih di ruang makan membaca beberapa jurnal kesehatan untuk persiapan operasi.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang