Duapuluh Empat

29 5 0
                                    



Hari ini Cana tidak berangkat dari apartementnya, gadis itu semalam tengah mengobrol dengan Mama dan Papa perihal Jayden dan masa lalu mereka. Mama dan papa menyerahkan semuanya pada Cana, apapun pilhan Cana, mama dan papa akan berusaha menerima. Begitupun Cana yang sudah mantap akan memberikan Jawaban pada Jayden hari ini seperti janjinya.

"Ma, Pa Cana berangkat ya?"

Cana mencium punggung tangan mama dan papa sebelum meninggalkan rumah untuk bekerja.

"Ca, apapun jawaban kamu ke laki-laki itu. Papa akan coba restui. Selama anak papa bahagia, papa juga bahagia."

"Thanks pa." Cana memeluk papa yang mengantarnya sampai ke depan pintu.

Cana melaju dibalik kemudinya, hatinya sudah memastikan jawaban yang ia berikan kepada Jayden. Seperti janjinya satu minggu, Cana rasa sudah cukup, menikah bukan perkara menyukai pria yang ada dihadapanmu tapi tentang seberapa besar kamu bisa menerimanya di setiap kondisi.

Mobil Cana sudah terparkir rapi di tempat parkir, Cana melangkah melewati lobby menuju Lift khusus dokter. Dari jauh Cana melihat oma yang sedang duduk di taman bersama mbak Atin, kondisi oma semakin membaik meskipun masih terlihat sedikit pucat.

"Pagi oma!"

Mendengar seseorang memanggil namanya oma menoleh ke arah suara berasal.

"Pagi dokter Cana."

"Oma hari ini lebih segar." Cana duduk dibangku didekat oma, tempat pertama kali Cana bertemu oma.

"Benar, oma jauh lebih segar. Berkat semua dokter di rumah sakit ini."

Cana tersenyum melihat oma yang sudah bisa tersenyum dan banyak berbicara.

"Ca, boleh oma cerita ke Cana?"

"Oma boleh cerita ke Cana apa aja." Jawab Cana menatap oma, Cana juga meletakkan tas yang dibawanya di atas bangku di sebelahnya.

"Dulu, dulu sekali, waktu itu Jayden baru masuk SMA. Satu hari Oma berkunjung ke rumah Juno putra oma, siang itu Jayden baru saja pulang dari sekolah. Entah kenapa dia tiba-tiba tersenyum saat baru masuk ke dalam rumah. Oma jelas penasaran, oma tanya dia kenapa? Kamu tau apa jawaban Jayden?"

Cana menggelengkan kepalanya perlahan menanggapi apa yang dikatakan oma.

"Dia bilang, 'oma, tadi Jayden nolongin dua gadis SMP yang diganggu sama teman-temannya, terus salah satunya ngucapin terimakasihnya lucu deh oma, di naruh tangannya di perut terus dia bungkuk.' Ya begitulah Jayden yang bahkan bisa tertawa karna sikap gadis itu."

Otak Cana menangkap gambaran masa lalunya waktu pertama kali ia bertemu dengan Jayden.

"Setiap kali oma datang ke rumahnya atau Jayden yang memginap dirumah oma, dia sering menceritakan, kalau dia diam-diam diikuti gadis itu. Dia tau tapi pura-pura tidak tau. Pernah sekali oma tanya, kenapa dia tidak ajak gadis itu kenalan mungkin dia mau berteman dengan Jay! Dia bilang, nggak oma Jay takut nanti dia malu. Hahaha."

Cana makin merapatkan bibirnya, tak menyangka jika selama ini Jayden menyadari keberadaannya.

"Suatu hari kemudian dia cerita, 'oma gadis yang waktu itu ternyata sekolah di SMA yang sama, dia termasuk gadis yang pintar oma. Jay lihat dia mengajukan akselerasi sambil jongkok di depan guru, dia lucu deh oma.' Hahaha, kamu tau Ca siapa gadis itu?"

Tak ada jawaban dari bibir Cana, ia hanya diam menatap oma.

"Itu kamu Ca, hari pertama Jay datang, dia cerita ke oma 'oma, ini rahasia, tapi oma ingat gadis yang dulu Jay cerita?' Dia kira oma akan lupa, jelas oma masih ingat. 'Dia juga dokter disini oma.' Tidak pernah oma lihat Jayden seceria saat menceritakan kamu Ca. Bodohnya cucu oma itu dia tidak menyadari siapa gadis yang dia suka karna asik belajar."

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang