Tigapuluh Tiga

34 5 0
                                    

Dua orang gadis berlari menyusuri gang, nafas mereka terdengar terengah-engah. Dua gadi dengan potongan rambut yang hampir sama, berambut panjang dengan poni yang tertata rapi. Mereka berlari makin Jauh manakala mendengar suara langkah kaki yang mengejar mereka disiang yang sangat terik.

"Ca, udah ah capek." Tania Lisa gadis bertubuh kurus yang hampir menyerah untuk berlari menghindari segerombolan anak seusianya.

"Ayok Lis, keburu mereka datang." Gadis Lain bermata lebar masih bersemangat untuk menghindari mereka.

Cana dan Lisa masih terus berlari hingga tiba di sebuah gang dekat dengan toko buku. Mereka coba bersembunyi diantara dua tong sampah yang berjejer.

"Hihihi." Dua gadis itu saling bertatap lalu tertawa cekikikan.

Saat sedang berjongkok rupanya persembunyian mereka di ketahui oleh empat orang lainnya yang berpenampilan bak preman pasar. Satu diantaranya bahkan menggulung buku tulis membentuk gulungan dan sesekali menupuk nepukkannya di telapak tangan yang lain.

"Mau kemana lo hah?" Kerah baju Lisa ditarik lalu dilempar oleh salah satu dari mereka yang berbadan paling besar.

"Heh, Lo beraninya main keroyokan." Tak terima sahabatnya di sakiti Cana mendorong gadis bertubuh bongsor yang menatapnya.

Kini giliran kerah baju Cana yang ditarik lalu dilemparnya tubuh Cana ke tanah.

"Udah Ca, kita minta maaf aja. Gue udah lemes kebanyakan lari." Bisik Lisa lemas dengan lutut penuh lebam.

Tak tahan mendapat rundungan, Cana berdiri lalu menatap mereka satu persatu.

"Kalau pengen dapat Nilai bagus, belajar dong."

Teriak Cana penuh amarah, ia masih menatap gadis paling bongsor yang berjalan ke arahnya.

"Woi, jangan main keroyokan." Seorang pria muda dan tampan tiba-tiba berteriak berjalan ke arah mereka. Namun baru beberapa langkah segerombolan gadis perundung itu melarikan diri.

"Kalian nggak apa-apa?" Tanya Jayden melihat dua gadis yang tampak kucal itu.

Cana berusaha membantu Lisa berdiri dari duduknya, membantu membersihkan koyoran di tubuh lisa dengan menepuk-nepuk tangannya.

"Terimaksih kak." Cana meletakkan tangannya diperut lalu membungkuk berkali-kali.

Jayden nampak tenang dan mengangguk sekali lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Melihat Jayden berlalu, Cana berusaha mengejar Jayden untuk mengucapkan lagi terimaksih.

"Terimaksih kak! Namaku Cana." Cana berlari kecil ke arah Jayden yang berjalan menjauh dan memastikan dia mendengar suaranya.

Jayden menghentikan langkahnya sejenak, entah ada apa dia tiba-tiba tersenyum. Tak lebih dari lima belas menit Jayden sampai di halaman rumah nya. Ada Oma yang baru saja turun dari mobil, oma memperhatikan cucu bungsunya itu yang sedari tadi tersenyum .

"Ada apa Jay? Kenapa kamu datang-datang tersenyum?" Oma menghentikan Langkah Jayden yang nyaris tidak menyadari keberadaan oma.

"Eh Oma, nggak apa-apa Oma. Barusan Jayden nolongin dua anak SMP yang di ganggu teman-temannya. Dia lucu deh oma kalau berterimakasih sambil membungkuk, gini oma." Anak laki-laki enam belas tahun itu meletakkan tangannya di perut lalu membungkuk menirukan gaya gadis yang ditemuinya tadi.

***

"Ca! Lo mau kemana sih?"

"Gue mau ke SMA International. Mau ngejar impian gue." Cana berlari sekuat tenaga, gadis yang selalu berada di urutan duapuluh besar jika lomba lari itu mendadak memiliki kekuatan super.

Jarak dari SMP Cana ke SMA Jayden Tigapuluh menit berjalan kaki. Jadi kalau Cana berlari setidaknya hanya perlu waktu duapuluh menit. Dengan Nafas ngosngosan Cana bersiri di dekat gerbang, menunggu sang pujaan hati melintas disana. Benar saja tak sampai satu jam Jayden keluar dari gerbang sekolah dengan menggunakan earphone, sepertinya Jayden gemar mendengarkan Radio sambil menaiki bus menuju rumahnya.

Tanpa disadari bayangan Cana muncul dari pantulan Kaca cembung di halte bus saat mengikuti Jayden. Berhari-hari ia mengikuti Jayden tanpa tau jika Jayden sudah menyadari   keberadaannya. Hal itu berulang, tapi Cana tak sekalipun pernah mau berkenalan dengan Jayden.

"Ca, lo udah milih sekolah?" Lisa masih nampak bingung dengan lembar formulir sekolah pilihan mereka.

"Udah dong!" Cana menatap keluar jendela sekolahnya yang sedang diguyur hujan.

"Dimana?"

"SMA International."

"Ca, sekolah itu nggak menerima banyak murid. Cuma murid-murid yang beneran pintar yang sekolah disana." Tangan Lisa terlipat keatas meja, ia tak habis pikir dengan sahabatnya yang dengan mudahnya mengatakan ingin masuk SMA itu.

"Iya, maka dari itu nilai gue harus jadi yang terbaik. Biar bisa sekolah disana."

"Apa alasannya harus sekolah disana Ca?"

"Alasannya Jayden." Jawab Cana lirih dengan pandangan mata yang entah berada dimana.

***

"Ca, lo mau jadi pacar gue nggak?" Seorang murid laki-laki seangkatan dengan Cana, berusaha untuk mengungkapkan perasaannya saat jam pulang sekolah.

"Rino sorry, gue masih nggak mau pacaran. Gue mau fokus belajar." Jawab Cana tenang saat mendapati sebatang Coklat dihadapannya.

Rino bukan satu-satunya pria yang menyatakan perasaan ke Cana, tapi semua itu dia tolak. Ada satu pria yang pernah dekat denga Cana, Eric, sebelum akhirnya Eric berkuliah di luar Negeri mereka cukup dekat tapi diantata kedekatan itu Cana memberi batasnya sendiri.

Saat kuliah, tak sedikit yang mencoba mendekati Cana. Apalagi selain Karin, Cana terbilang cukup populer di kampus karna kepintarannya dan wajahnya yang cantik dan memikat.

Namun, tak satupun yang berhasil mendekati Cana mereka semua seolah mengalamai cinta yang bertepuk sebelah tangan. Bahkan sebagai sahabat Lisa pun kerap meminta Cana untuk membuka hati tapi nyatanya gagal.

"Ca, Lo mau sampai kapan suka sama Jayden. Dia aja dimana kita nggak tahu." Tatapan Lisa penuh makna melihat sahabatnya itu yang kekeh bertahan dengan perasaannya.

"Kenapa nggak lo coba suka sama yang lain Ca?" Lagi-lagi Lisa mencoba membuka pikiran Cana, melihat banyak yang sebenarnya mendekati gadis itu.

"Kalau saja Cinta bisa memilih. Nggak akan mungkin gue Cinta sama Jayden." Jawab Cana dengan nada sedikit lesu.

"Lo yakin perasaan lo itu Cinta?"

Cana hanya mengedikkan bahunya, tak ada jawaban dari bibir gadis cantik itu.

Pandangan Cana menerawang keluar jendela caffe yang kini mereka kunjungi. Lisa sudah kehabisan ide meminta Cana berhenti mencintai Jayden yang entah berada dimana.

****














Typo dimana-mana!
Vote please!!! Share please....

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang