Delapan

40 8 0
                                    


Sebuah mobil sedan berwaran silver melaju ditengah kepadatan kota. Mobil yang dikendarai Theo berhenti di dekat sebuah kedai makanan pinggir jalan.

"Makan disini aja gimana?"

"Eehhhmm, good!" Cana mengacungkan dua jempolnya sambil nyengir sebelum membuka seatbelt yang terpasang dibadannya.

"Kirain tipikal tuan putri yang nggak mau." Canda Theo yang bersiap keluar mobil.

"Ini kan tempat favorit aku. Gimana bisa nolak."

Melihat ramainya kedai bakmie pinggir jalan yang mereka kunjungi, menunjukkan jika rasanya memang se-enak itu.

"Masih antri. Nggak apa-apa kan?"

"Santai aja lah kak, lagian tadi Cana udah sempat belajar di perpustakaan jadi nggak keburu pulang buat belajar."

Kepala Cana clinga clinguk melihat antrian yang ada di depan matanya. Bahkan saat ini mereka belum mendapatkan tempat duduk untuk makan sangking ramenya.

"Kak Theo nggak pingsan kan kalau ngantri sambil berdiri?" Tanya Cana yang sedari tadi melihat Theo melirik ke arah meja-meja yang penuh dengan manusia, hanya untuk segera menemukan satu meja yang kosong untuk mereka duduki.

"Hahaha, kamu kira saya selemah itu sampai harus pingsan?"

"Ya kan Cana nanya, Cana nggak kuat ngangkatnya kalau kakak pingsan."

Keduanya tertawa mendengar pernyataan Cana.

"Apalagi Cana belom boleh nyetir mobil, kan masih 16 tahun. Jadi harus panggil ambulance kalo kakak pingsan." Guyon Cana pada Theo.

"Tuh kosong!!"

Theo menarik tangan Cana ke arah meja yang baru saja ditinggal pergi oleh pelanggan. Kini giliran mereka yang duduk dan menunggu bakmie favorit datang.

Setelah menunggu sepuluh menit, dua mangkok bakmie dan orange jus sudah tersedia di hadapan dua orang yang terlihat kelaparan. Tanpa berlama-lama keduanya segera menyantap habis makanan dihadapannya hingga tak bersisa.

"Hhhmmm, kenyang!" Seru Cana menepuk-nepuk perutnya setelah menghabiskan semangkok bakmi dan orange jus. "Enak banget, tiada duanya." Kali ini Cana membuat simbol ok dengan tangannya.

"Mau lagi?"

Tanya Theo gemas pada Cana yang masih melihat orang-orang disekitarnya makan.

"Nggak... nggak... Cana kenyang" Jawab Cana seadanya.

Setalah menghabiskan makanan, keduanya kembali ke Mobil dan melanjutkan perjalanan ke rumah Cana. Setelah sepuluh menit mereka tiba di rumah gadis bermata bulat itu. Bukan kali pertama Theo datang kemari, mungkin sudah ke-4 atau 5 kalinya bagi Theo datang.

"Ma... mama Cana pulang."

Cana masuk ke dalam rumah seperti biasa, meletakkan sepatunya di rak dan menggantinya dengan Sliper. Cana bahkan meminjamkan sepasang Sliper pada Theo yang juga ikut masuk ke dalam rumah.

Tidak berapa lama Mama dan Papa keluar dari kamar menuju ruang tamu menemui putri tersayangnya.

"Iya sayang, kamu sama Kak Theo ya?" Tanya mama saat akan memasuki ruang tamu.

"Iya." Jawab Cana singkat.

"Malam Tante, malam Om." Sapa Theo pada orang tua Cana.

"Malam, Theo makasih ya kamu mau repot-repot ngantar Cana pulang."
Mama Arra terlihat sungkan atas kebaikan Theo yang mau mengantar Cana.

"Sama-sama tante, kebetulan saya sekalian pulang kuliah searah tante."

"Duduk dulu Theo." Mama mempersilahkan Theo untuk duduk, disusul mama yang duduk di hadapan Theo.

My Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang