Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

1.6K 96 2
                                    

"Jangan pernah bermain api, jika kamu takut terbakar dan tidak sanggup menahan panasnya ...."

Jangan lupa tinggalin jejak di kolom komentar ya kakak, terimakasih ❤️


.....


Sesampainya di rumah sang Ibu, terlihat plang 'DIJUAL'.

"Bu, Raline, begitu benci kalian padaku?"

Galih semakin tak menentu. Pikirannya pun kacau. Bukan perceraian yang diinginkannya. Terlebih kehilangan Austin. Membayangkannya saja, Galih tak sanggup.

"Austin ...."

Saat hendak kembali memasuki mobilnya, seorang tetangga rumah Ibunya pun menyapa Galih.

"Mas Galih, lama tak kelihatan," sapa seorang lelaki berusia 50 tahun itu.

"Iya, Pak. Pak, boleh tahu ke mana Ibu saya pindah ya?" tanya Galih hati-hati.

Pak Ihsan, lelaki itupun tertawa mengejek Galih yang menanyakan kepindahan sang Ibu.

Galih pun menceritakan permasalahan yang terjadi antara dia dan Raline juga sang Ibu.

"Astaghfirullahaladzhiim. Bapak turut  sedih,. Nak. Semoga masalah Galih cepat selesai ya," ujar  Pak Ihsan menepuk pundak Galih memberikan semangat.

"Ohya, coba kamu ke rumah Pak RT, barangkali tahu ke mana mereka pindah," saran Pak Ihsan.

Galih pun berterimakasih dan langsung bergegas ke rumah Pak RT yang berjarak tidak jauh dari rumah sang Ibu.

Sesampainya di depan rumah yang dituju, Galih pun memarkirkan kendaraannya dan mengetuk pintu rumah Pak Indra, RT tempat Ibunya tinggal.

"Assalamualaikum."

Tidak lama menunggu, Pak RT pun keluar membuka pintu.

"Galih, ada apa?" tanya Pak Indra.

"Ayo, silakan masuk."

Galih dan Pak Indra akhirnya mengobrol di teras rumah.

"Gimana, ada yang bisa Bapak bantu?" tanyanya pada Galih.

Galih pun mengungkapkan semuanya. Setelah mendengar penjelasan Galih, Pak RT pun mencoba membantu Galih untuk mengecek data sang Ibu.

Pak Indra pun ijin berpamitan ke dalam rumahnya. Selang beberapa menit, ia pun kembali menemui Galih.

"Ini, Nak. Sebelum pindah, Ibumu memberikan alamat ini. Coba saja kamu ke sana. Semoga benar ini alamat Ibumu yang baru ya," ujar Pak RT memberikan secarik kertas.

Galih pun tersenyum

"Terimakasih, Pak," ujar Galih yang kemudian berpamitan.

Galih pun tanpa banyak membuang waktu langsung membawa kendaraannya menuju alamat yang diberikan Pak RT.

Dua jam berlalu

Galih akhirnya sampai di depan lokasi rumah yang diberikan Pak RT tadi. Galih memutuskan tidak langsung turun, berjarak 50 meter dari rumah yang diduga rumah baru Raline dan Ibunya, Galih memperhatikan dari dalam mobil.

Rumah berwarna hijau itu tampak sepi, lengang dan tak berpenghuni. Terbesit, mungkinkah sang Ibu memberikan alamat palsu pada Pak RT agar tidak bisa dilacak keberadaannya.

Tanpa terasa, Galih pun sudah menunggu cukup lama. Hingga tanpa sadar, jam pun sudah menunjukkan pukul 21.00.

"Apa mungkin Ibu kasih alamat palsu ya?" pikir Galih.

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang