Inikah Akhir Penantian?

542 28 0
                                    

Raline dan Galih memang sudah resmi bercerai. Pengkhianatan Galih begitu menorehkan luka di hati Raline hingga sulit baginya untuk memutuskan menerima kehadiran pria lain dalam kehidupannya.

Terlebih, ia mempunyai Austin. Belum tentu, pria pengganti Galih akan bisa menyayangi dan menerima kehadiran Austin. Bahkan, perjuangan Hamid pun tidak membuat Raline tergugah.

Setelah beberapa saat tidak menjalin komunikasi, malam itu Hamid kembali menghubungi Raline. Bukan untuk menanyakan kelanjutan hubungannya.Tetapi, Hamid ingin berpamitan. Ia memutuskan kembali ke Jepang, karena merasa perjuangannya harus berhenti sampai di sini.

[Raline, besok aku akan kembali ke Jepang. Aku percayakan bisnis itu ke kamu dan Sisil. Aku yakin, kalian sanggup membuat perusahaan itu besar.]

Raline hanya diam saat membaca pesan pria yang sudah ia lukai hatinya itu. Tidak tahu harus menjawab apa, hingga beberapa saat, Hamid kembali mengirimkan pesan padanya.

[Aku nggak akan memaksa kamu. Aku tahu, semua yang sudah kamu lewati itu berat dan kamu pasti butuh waktu yang lama. Tetapi, ingatlah satu hal. Aku akan tetap selalu mencintai kamu. Dulu, sekarang, ataupun nanti, tidak ada yang berubah. Jaga diri kamu baik-baik ya. Salam rinduku pada Austin.]

Terlihat,  di layar kalau Hamid sudah offline. Raline pun sempat membalasnya.

[Thanks. Take care.]

Setelah beberapa lama, akhirnya pesan Raline itu dibaca kembali oleh Hamid. Namun, ia memilih tak membalasnya

"Hanya itulah Raline? Apa kamu benar-benar sudah menutup hatimu? Sebesar itukah luka yang Galih tinggalkan?" gumam Hamid.

Hamid pun memutuskan mengemaskan kembali barang-barangnya. Tidak ingin ada yang tertinggal. Saat melihat foto dirinya dan Raline saat remaja dulu, Hamid kembali memandangi foto di masa lalu itu.

"Aku yakin, suatu saat nanti, kita pasti akan bersama lagi. Aku percaya, perjuanganku tidaklah sia-sia," ucap Hamid. Ia pun memasukkan bingkai foto itu ke dalam kopernya.

..................


Beberapa jam ke depan, Hamid akan segera meninggalkan Jakarta. Hatinya sakit, jika terus berada di sini. Satu tempat dengan Raline, cinta yang belum bisa dimilikinya. Hamid akhirnya memutuskan kembali ke Jepang, menyibukkan dirinya dengan bisnis yang sudah dirintisnya beberapa tahun terakhir.

[Raline, kamu yakin dengan keputusan kamu?Ingat ya, orang yang tulus seperti Hamid, nggak mungkin bisa kamu temui lagi. Jangan sampai kamu menyesal untuk kedua kalinya.]

Pesan yang dikirim oleh Sisil, akhirnya dibaca juga oleh Raline. Namun, hatinya tetap memilih sendiri. Luka dan traumanya membuat ia tidak bisa bergerak sedikitpun. Walau ia tahu, Hamid dan Galih berbeda.

"Hamid, maafkan aku ... maaf untuk kedua kalinya, aku menyakiti hati kamu. Aku harap, kamu bahagia di sana ...." gumam Raline.

Airmata itu tidak dapat ditahannya lagi.Namun, tiba-tiba suara jerit tangis Austin membuatnya tersadar. Entah mengapa, sejak beberapa hari terakhir, Austin lebih cengeng. Tidak seperti biasanya. Raline pun bergegas menghampiri Austin yang berada di kamarnya bersama Nana, baby sister Austin.

"Austin, kamu kenapa, Nak?" bujuk Raline. Ia pun menggendong jagoan kecilnya itu.

"Uncle, Uncle ...." jerit Austin dalam tangisnya. Austin tidak berhenti, memanggil nama Hamid yang dipanggilnya Uncle.

"Gimana ini? Apa sudah ada ikatan batin di antara mereka ya? Gimana kalau Austin malah jadi sakit karena kehilangan Hamid? Sedangkan, Galih ...."

Hamid sudah berada di bandara. Keputusannya sudah mantap. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuknya dan Raline. Setelah melakukan check-in, Hamid pun berjalan ke ruang tunggu pesawat. Satu jam ke depan, pesawat akan berangkat. Membawanya kembali ke Jepang.

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang