Cinta Tidak Harus Memiliki

346 14 0
                                    

Hamid tidak kenal lelah. Ia terus mencari keberadaan mobil yang membawa Raline tengah malam itu dari rumah sakit.

Sejak pagi, ia mengelilingi ibukota tidak lelah. Hingga akhirnya, pukul 16.45, seorang kawannya memberikan info jika mobil yang diduga membawa Raline itu berada di sebuah gudang tua. Gudang yang berada di sekitar pelabuhan kapal.

[Hamid, tolong kamu segera datang ke gudang dekat pelabuhan Tanjung Priok. Aku share lokasinya. Kamu segera ke sini ya.]

[Ok.]

Setelah Hamid mendapatkan lokasi di mana Raline kemungkinan berada, Hamid pun bingung. Karena lokasinya sangat dekat dengan gedung miliknya. Gedung itu dijadikan tempat untuk pengiriman barang-barangnya dari dan ke Jepang.

"Loh, ini kan? Jika benar, ini pasti kerjaan Lexy. Karena hanya aku dan Lexy yang bisa memberikan perintah untuk membuka gedung itu."

Hamid pun langsung bergegas menuju lokasi gudang penyimpanan itu. Ia yakin, Lexy ada dibalik semua peristiwa penculikan ini.

Di dalam perjalanan, Hamid pun menghubungi Sisil. Ia memberikan informasi jika jejak Raline sudah ditemukan. Andre dan Galih pun mendengarkan pembicaraan Sisil dan Hamid.

[Sil, aku sudah berhasil menemukan lokasi Raline. Gimana keadaan Austin?]

[Kamu udah ketemu Raline? Austin baik-baik aja. Di sini nada Andre, Dion, Galih sama Bu Amira lagi jenguk Austin.]

[Galih pasti tahu ya?Aku sedang menuju lokasi tempat penyekapan Raline. Kalian doakan ya. Semoga aku bisa membawa Raline pulang dengan selamat.]

[Take care ya.]

Andre tanpa pikir panjang lagi pun langsung bergegas pergi. Ia berjalan dengan cepat. Andre ingin lebih cepat menemukan Raline.

"Andre, tunggu!" cegah Sisil.

"Kamu mau ke mana? Mau datang ke tempat Raline? Andre, biarkan Hamid saja yang mengurus semuanya. Kita sudah sepakat kan, jika kamu tidak menganggu hubungan Raline dan Hamid?" cecar Sisil.

"Sil, aku tahu. Pria yang kamu cintai itu Hamid kan?" serang balik Andre.

"Mak-sud kamu?" jawab Sisil.

"Come on, Sil. Aku tahu, kamu mencintai Hamid jauh sebelum mereka pacaran dulu kan? Tapi Hamid lebih memilih Raline dan hanya menganggapmu sahabat. Benar kan?" cecar Andre.

"Darimana kamu tahu?" sahut Sisil.

"Biarkan aku pergi. Mungkin, aku bisa membantu Hamid di sana. Assalamualaikum," pamit Andre yang langsung pergi menuju lokasi yang dikabarkan Hamid tadi.

Tanpa disadari oleh Sisil, Galih dan Nyonya Amira sudah berada di belakangnya. Saat Sisil berbalik badan, ia pun terkejut.

"Kalian ...."

"Kamu mencintai Hamid?" gertak Bu Amira.

"Maaf, Bu. Kalaupun itu benar, itu hak saya. Ibu nggak berhak ikut campur urusan pribadi saya," sahut Sisil yang langsung beranjak pergi.

"Tunggu!" cegah Bu Amira.

"Gimana kalau kita bekerjasama? Kamu mendapatkan Hamid dan Galih mendapatkan Raline. Gimana?" bisik Bu Amira.

Sisil pun meradang. Rasa bencinya pada Bu Amira dan Galih akhirnya semakin besar. Sisil pun menolak mentah-mentah ajakan Ibu Galih itu.

"Galih! Bilang  sama Ibu kamu ini ya. Dia nggak usah ikut mencampuri urusan Raline dan Hamid lagi ataupun urusan pribadiku. Ingat, jika suatu saat terjadi sesuatu pada hubungan Raline dan Hamid, saya nggak akan segan membuat hidup kalian menderita!" ancam Sisil yang langsung pergi.

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang