Raline dan Hamid yang baru saja menikmati sedikit kebahagiaannya harus merasakan kesedihan kembali, saat mendengar berita kematian Galih. Seketika tubuh Raline menjadi lemah. Airmatanya pun luruh saat membayangkan Austin.
"Austin ...."
Hamid pun berusaha menghibur Raline. Ia bisa merasakan menjadi seorang Raline itu tidaklah mudah. Terlebih, jika nanti Austin akan menanyakan keberadaan Galih. Sosok Galih yang tidak bisa ditemuinya lagi.
"Mas, gimana kalau Austin menanyakan soal Papanya? Gimana ka—"
Belum juga usai Raline berbicara, layar ponselnya menyala. Terlihat notifikasi dari aplikasi chat berwarna hijau. Sebuah nama --Nenek Austin. Hamid pun langsung memberikan benda pipih itu pada Raline.
Raline pun membuka pesan itu.
[Galih sudah tidak ada. Ini semua gara-gara kamu. Kalau aja kamu bisa menunda keberangkatan kamu bersama Austin dan suami barumu, mungkin anak saya masih hidup.]
[Ingat, karma akan mendatangi kamu suatu saat nanti. Jika aku kehilangan anak kesayanganku, nanti kamu juga akan kehilangan anak lelaki kamu satu-satunya!]
Raline menjerit. Ia menangis histeris. Bayangan akan kehilangan Austin langsung membuatnya ketakutan. Tidak ada seorang Ibu yang sanggup kehilangan anaknya.
"Mas, aku nggak mau kehilangan Austin. A-aku ...."
"Raline, kamu tenang. Austin nggak akan ke mana-mana. Kamu dan Austin akan selalu aku jaga. Nyawa pun akan ku pertaruhkan demi menjaga kalian. Kamu tenang ya," ucap Hamid membawa Raline dalam pelukannya.
Tangis Raline pun pecah. Membuat kedua orang tua Hamid dan Lexy pun mengetuk pintu kamarnya.
"Mid, Raline, kalian baik-baik aja?" teriak Papi Hamid.
"Hamid, Raline ...."
Karena tidak ingin kedua orang tuanya cemas, Hamid pun membuka pintu dan menutupnya kembali. Hamid agak menjauh, mengajak kedua orang tua dan adiknya itu menjauh, agar Raline tidak mendengar obrolannya.
"Ma, Pa, aku nggak apa-apa kok sama Raline cuma ...."
"Cuma apa sih, Mas?" celetuk Lexy.
"Galih, Papanya Austin, meninggal," ucap Hamid dengan wajah sedih.
"Innalilahi wa innailaihi roo'jiun ...."
"Baguslah, berkurang sainganku satu," batin Lexy.
"Kasihan Austin. Raline pasti juga sedih, memikirkan nasib Austin," ucap Nyonya Marissa.
"Iya. Bagaimanapun, Galih dan Raline kan pernah berumah tangga. Pasti dia juga sedih dan kehilangan," jawab Hamid.
"Hamid, kamu harus bijak. Jadilah suami yang baik juga menjadi sosok pengganti Galih. Austin pasti kehilangan sosok seorang Ayah," ucap Papi Hamid menepuk bahu putra sulungnya itu.
"Iya, Pa."
Kedua orang tua Hamid akhirnya kembali ke kamarnya. Begitupun dengan Lexy. Namun, saat baru saja beberapa langkah Lexy beranjak, Hamid pun memanggilnya.
"Lexy, tunggu!"
Lexy pun menoleh ke arah kakaknya itu. Perang dingin terjadi setelah kejadian di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Lexy, kamu nggak terlihat atas kematian Galih kan?" ucap Hamid memandangi adiknya itu tajam.
"Maksud kamu?"
"Lexy, aku harap setelah kejadian di Jakarta dan pernikahanku dan Raline, kamu bisa menerima dan mengikhlaskan semuanya," ucap Hamid tegas.
Tanpa sepatah kata pun, Lexy pergi begitu saja dan Hamid pun kembali ke kamarnya menenangkan Raline.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUN KLONINGAN SUAMIKU
RomanceNOTE : SEASON 1 SUDAH TAYANG DAN TAMAT DI KBM APPS DAN JOYLADA TGL TERBIT : 24 JULI 2021 JUDUL 1 : AKUN FAKE JUDUL 2 : KUBONGKAR PERSELINGKUHAN SUAMIKU JUDUL SEKARANG: AKUN KLONINGAN SUAMIKU Sebelum membaca, jangan lupa follow,subscribe dan rate 5 n...