Tabir Rahasia

275 11 0
                                    

Sejak Hamid memutuskan kembali ke Indonesia, praktis Lexy maupun kedua orang tuanya tidak  pernah lagi bertemu dengan putra sulung kebanggan Tuan Amran.

Masa-masa yang pernah dirasakan Lexy bersama Hamid dulu menorehkan banyak kenangan. Tanpa sepengetahuan sang Mami, Lexy pun berangkat ke Jakarta untuk memberi surprise untuk kakak dan kakak iparnya itu.

"Lexy, berapa lama kamu di Singapura?" tanya Marissa saat mengantar putra kesayangannya itu di bandara.

"Mungkin satu atau dua Minggu, Mi. Ya kalau udah selesai secepatnya aku pasti pulang. Mami sama Papi jangan terlalu capek ya," pesan Lexy.

Setelah mendengar informasi akan keberangkatan pesawat, Lexy pun berpamitan pada kedua orang tuanya. Langkahnya pun cepat menaiki tangga pesawat.

"Maafkan aku, Mi. Aku terpaksa berbohong. Tapi, aku sudah merindukan Mas Hamid. Aku harus memberikan ini langsung padanya. Ini haknya. Bukan milikku," gumam Lexy dalam hatinya.

"Selamat tinggal Jepang."

---------

Hamid pun mencari keberadaan donor mata untuk Raline. Segala cara pun dilakukannya demi melihat wanita yang dicintainya itu bisa kembali melihat.

Namun, semua berubah ketika Hana datang dalam kehidupannya dan merusak semua mimpinya membangun rumah tangga bahagia dengan Raline.

"Mas, mau sampai kapan kamu menutupi hubungan kita?" cecar Hana saat Raline sedang tertidur di kamarnya.

"Jaga mulut kamu, Hana. Di antara kita sudah tidak ada hubungan apapun dan kita juga tidak pernah menikah. Ingat itu!" pekik Hamid.

"Kita menikah, Mas. Kamu lupa peristiwa malam itu? Lupa kamu, Mas?!" hardik Hana.

Hamid yang tidak ingin bertengkar dan membuka aib masa lalunya, memilih meninggalkan Hana di atas balkon rumahnya.

"Ah! Mesti gimana lagi sih caranya biar dia meninggalkan perempuan cacat itu," gerutu Hana.

Hamid kembali ke kamarnya. Melihat Raline yang sedang tertidur pulas dengan wajah sendu khasnya membuat Hamid merasa bersalah. Hamid merasa belum bisa menjadi suami yang baik.

Saat Raline tersadar, ia merasakan kehadiran Hamid. Wangi parfum Hamid yang begitu tercium memiliki khas tersendiri.

"Mas, kamu ada di sini?" panggil Raline.

Hamid pun menyeka airmatanya.Ia tidak ingin Raline menyadari jika ia menangis. Raline tidak perlu tahu bagaimana beban berat yang harus dipikulnya selama ini.

"Iya, Sayang. Kamu mau sesuatu? Nanti kuambilkan," ujar Hamid.

"Nggak, Mas. Kamu istirahat aja."

Saat hendak merebahkan tubuhnya, Hamid pun mendengar dering teleponnya. Ia pun mengambil benda pipih itu. Tertera nomor yang tidak dikenalnya.  Namun, Hamid pun tidak memperdulikan panggilan itu.

[Mas, aku Lexy. Sekarang aku di Jakarta. Mas tinggal di mana sekarang?]

Hamid pun melihat pesan masuk itu. Sungguh membuat terkejut ketika menyadari jika itu nomor sang adik. Adik yang begitu dirindukannya. Tanpa membuang waktu lagi, Hamid pun langsung menghubungi Lexy balik.

[Hallo, Lexy, kamu di mana?]

[Aku di Jakarta, Mas. Ini masih di bandara. Mas di mana?]

[Ya udah, nanti Mas kirimkan alamat rumah ya.]

Hamid pun langsung mematikan panggilannya dan mengirimkan alamat rumah pada Lexy.

"Ini kan perumahan elit. Mas Hamid sudah sukses dan membeli rumah baru? Hebat kamu, Mas," gumam Lexy.

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang